Selasa, 14 September 2021

pelatihan pemanfaatan lahan pekarangan dalam menunjang perekonomian masyarakat

 


Kebutuhan akan sayuran sebenarnya bisa diusahakan sendiri oleh masyarakat dengan memanfaatkan pekarangan rumah untuk bercocok tanam dengan memanfaatkan waktu luang sepulang bekerja atau waktu libur, dengan menggunakan curahan waktu tertentu dan teknologi yang digunakan kebutuhan akan sayuran bisa dipenuhi secara mandiri, tentunya dengan kualitas yang diinginkan.

Rumah yang pekarangannya sempit atau tidak punya pekarangan diintroduksikan inovasi teknologi budidaya tanaman dalam polybag secara vertikultur untuk mengatasi keterbatasan luas lahan pekarangan, terutama di perkotaan seperti di komplek-komplek perumahan, rusun (rumah susun), dan kawasan padat penduduk.

Selain inovasi teknologi budidaya tanaman dalam polybag teknologi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah penggunaan teknologi hidroponik. Teknologi hidroponik merupakan metode bercocok tanam tanpa tanah, tetapi menggunakan larutan nutrisi sebagai sumber. Teknologi hidroponik ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan teknik bertanam secara tradisional. Keunggulan hidroponik antara lain ramah lingkungan, produk yang dihasilkan higienis, pertumbuhan tanaman lebih cepat, kualitas hasil tanaman dapat terjaga, dan kuantitas dapat lebih meningkat. Sayuran yang diproduksi dengan sistem hidroponik juga menjadi lebih sehat karena terbebas dari kontaminasi logam berat industri yang ada di dalam tanah, segar dan tahan lama serta mudah dicerna.

Kegiatan pelatihan pemanfaatan lahan pekarangan yang dilaksanakan di Kelurahan Benteng Selatan Kecamatan Benteng bertujuan memanfaatkan pekarangan rumah dengan berbagai macam tanaman dengan teknik hidroponik maupun menanam dalam polybag, sehingga kebutuhan pangan dan gizi keluarga bisa terpenuhi, serta meningkatkan pendapatan keluarga dengan menjual tanaman hasil budidaya.

Sasaran dari kegiatan pelatihan pemanfaatan lahan pekarangan kepada masyarakat ini adalah anggota kelompok wanita tani dan Dasawisma. Selain itu diharapkan nantinya ini bisa mendifusikan atau menyebarluaskan kembali ke masyarakat lainnya.



Metode yang digunakan dalam melaksanakan pelatihan pemanfaatan lahan pekarangan ini yaitu metode penyuluhan tatap muka untuk menyampaikan informasi teknologi kepada anggota kelompok kemudian dilakukan kunjungan lapangan untuk melakukan pelatihan keterampilan. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di Aula Kantor Kelurahan Benteng Selatan Kecamatan Benteng.

Penyuluhan tatap muka untuk menyampaikan informasi teknologi kepada anggota kelompok Wanita Tani dan Dasawisma. Kegiatan penyuluhan berjalan dengan lancar dengan pemaparan materi yang dikemas dalam presentasi yang interaktif.

 

Materi penyuluhan sebagai berikut:

Penyuluhan Pemanfaatan Lahan Pekarangan dengan Media Tanam Polybag

Siapkan pot dan polibag atau wadah lainnya seperti ember plastik atau kaleng bekas. Lubangi bagian kiri, kanan dan bawah 4-5 buah untuk mengalirkan kelebihan air. Dengan demikian sayuran tidak akan tergenang. Apabila menggunakan polibag, sebaiknya polybag dibalik dahulu sebelum diisi media agar polibag dapat berdiri dengan kokoh dan tidak udah roboh. Media tanam yang digunakan berupa campuran dan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan 1:1, 1:2 atau 1:3 tergantung pada kesuburan atau berat ringannya tanah.



Sayuran yang bijinya berukuran kecil, seperti selada, sawi, cabai dan tomat perlu disemai dulu agar mudah dalam pemeliharaan. Untuk tanaman bawang daun, bawang merah, dan bawang putih tidak perlu disemai, tetapi dapat langsung ditanam dalam pot atau polybag berukuran besar. Tempat persemaian dapat berupa kotak kayu polibag, pot, daun pisang, daun dracanae, atau wadah lainnya yang berdiameter 10 cm. Wadah persemaian yang belum berlubang, bagian bawahnya dibuat lubang untuk mengeluarkan air. Adapun media untuk persemaian dapat digunakan campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1:3. Bila tanahnya terlalu berat, dapat diberi pasir. Biji atau benih ditanam pada wadah persemaian yang telah diisi media tanam dengan jarak 1-3 cm bila menggunakan wadah berupa kotak kayu. Bila menggunakan wadah persemaian yang lain, dalam satu wadah dapat ditanam 1-2 biji atau benih. Kemudian di atas biji ditabur kompos halus. Lamanya persemaian tergantung dari jenis tanaman, misalnya 2-3 minggu untuk sawi, selada dan kubis, 2 minggu untuk tomat, serta 3 minggu untuk cabai dan terung.

Penanaman sayuran dalam pot atau polibag sangatlah mudah, 1) Wadah diisi media tanam, lalu disiram atau dimasukan ke dalam air. Bila media tanamnya turun, tambahkan media tanam lagi hingga hampir penuh.2) Bila semai di tanam di polibag atau pot, buat lubang besar di wadahnya. Kemudian semai beserta medianya dikeluarkan dari polibag atau pot persemaian. Setelah itu tanam semai dan medianya dalam pot atau polibag yang telah disiapkan. 3) Bila semai ditanam dalam kotak kayu, lubang tanam dibuat dengan solet yang ditusukan sambil diputar sehingga terbentuk lubang berbentuk kerucut. Setelah itu semai diambil secara hati-hati jangan samapi akar terputus lalu ditanam. 4) Di sekitar semai diberi media lagi sambil ditekan agar semai dapat berdiri tegak.

Perawatan sayuran organik dalam pot atau polibag lebih mudah karena tanaman lebih terkontrol dan penularan penyakit lewat akar relatif kecil. Beberapa perawatan rutin yang harus dilakukan, 1) Tanaman dijaga setiap hari dari serangan hama dan penyakit. Caranya bila ada hama seperti ulat dan kutu, hama tersebut diambil dan dimatikan dengan dipijit. Apabila ada tanaman yang terserang penyakit layu, sebaiknya tanaman segera dicabut dan medianya dibuang. Wadah penanaman dapat digunakan lagi dengan media dan tanaman yang baru dan sehat. 2) Bila masih kelihatan kurang subur, tanaman dapat dipupuk dengan pupuk kandang atau kompos yang telah matang. 3) Bila tanah terlihat kering tanaman dapat disiram. 4) Untuk tanaman tomat, cabai, terung dan tanaman lain yang menghasilkan buah, perlu diberi turus agar tanaman tidak roboh saat berbuah lebat.

Umur panen tergantung dari jenis tanamannya. Tanaman tomat, terung dan cabai dapat dipanen mulai umur 3-4 bulan hingga umur 6 bulan. Tanaman bawang daun, bawang merah, sawi, selada dan kubis dapat dipanen pada umur 3-4 bulan. Selain umur panen, berat panen pun berbeda untuk setiap jenis. Misalnya, untuk tanaman tomat dapat menghasilkan 1,5-2 kg/tanaman, bawang daun menghasilkan 200 gram/rumpun, produksi kubis sekitar 1kg/tanaman, sawi dan selada sekitar 150 gram/tanaman, serta bawang merah dapat menghasilkan 100 gram/tanaman. Bila dijual bersama potnya, tanaman terung, cabai, tomat, dan tanaman sayuran buah lainnya dijual pada saat buah pertama telah siap panen  dan bunga selanjutnya telah muncul.

Penyuluhan Pemanfaatan Lahan Pekarangan Secara Hidroponik

Media tanam hidroponik bisa menggunakan arang sekam, cocopeat, rockwool ataupun zeolite. Namun pada umumnya untuk skala usaha yang menggunakan system hidroponik NFT yaitu menggunakan media tanam rockwool. Potong-potong rockwool dengan ukuran 1,5 cm x 1,5 cm, 2 cm x 2 cm atau sesuai dengan kebutuhan. Rendam media tanam dengan air biasa selama 5-15 menit, hingga benar-benar basah. Kibaskan

media tanam agar tidak terlalu berair, lalu masukan ke dalam netpot. Buat lubang di media tanam sesuai ukuran biji, lalu letakan didalamnya. Cek benih setiap hari dan pindahkan ke tempat yang terkena sinar matahari pagi jika sudah mulai bertunas, agar tidak terjadi etiolasi. Semprot bibit menggunakan air biasa pada pagi dan sore hari sampai saatnya dipindahtanamkan ke instalasi hidroponik.



Lubang tanam hidroponik telah tersedia di pipa PVC dengan jarak 20 cm x 20 cm untuk tanaman selada. Pindah tanam ke instalasi hidroponik dilakukan jika daun sejati sudah tumbuh 2-4 helai, biasanya pada umur sekitar 14 hari (Hendra, 2014). Sayuran yang dibudidayakan secara hidroponik sepenuhnya mengandalkan pasokan air dan unsur hara dari larutan nutrisi, sehingga penyiraman menjadi faktor penting yang tidak bisa diabaikan. Pada hari pertama, bibit dipindahtanamkan ke instalasi hidroponik NFT larutan nutrisi harus sudah dialirkan. Nyalakan pompa dan atur debit sedemikian rupa sehingga larutan nutrisi mengalir melewati dasar pipa PVC sekaligus membasahi rockwool sebagai media tanam.

Dalam budidaya secara hidroponik, derajat keasaman (pH) larutan nutrisi juga harus diperhatikan. Nilai pH berkisar 0-14, pH di bawah 7 menunjukkan larutan bersifat asam, sedangkan pH di atas 7 menunjukkan larutan bersifat basa. Derajat keasaman sangat berhubungan dengan ketersediaan unsur hara dan penyerapan nutrisi oleh akar yang pada gilirannya berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Rentang pH ideal untuk tanaman hidroponik berkisar 5,5-6,5.

Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu kepekatan larutan nutrisi. Kepekatan larutan berkaitan dengan ketersediaan hara. Semakin pekat larutan maka semakin kaya unsur hara, demikian sebaliknya. Namun, bukan berarti semakin pekat semakin baik bagi tanaman, karena pada kepekatan ekstrim justru tidak baik bagi tanaman. Karena itu secara berkala, 2-3 hari sekali, kepekatan larutan harus dicek agar sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Kebutuhan nutrisi yang ideal untuk tanaman selada yaitu berkisar antara 800-900 ppm. Tingkat kepekatan larutan dinyatakan dalam satuan ppm (part per million), sedangkan alat yang dipakai untuk mengukurnya disebut TDS meter.



Panen dan Pasca Panen

Waktu panen tergantung pada pertumbuhan setiap tanaman. Semakin subur tanaman, maka semakin cepat waktu panen. Sayuran yang ditanam dengan metode hidroponik umumnya lebih cepat panen dibandingkan dengan tanaman yang ditanam di media tanah secara konvensional. Untuk tanaman selada panen biasanya dilakukan 30-45 Hari Setelah Semai (HSS). Cara panen sayuran pada sistem hidroponik biasanya dengan mencabut tanaman yang sudah siap panen dari wadah atau netpot. Setelah itu, wadah atau netpot dapat diisi kembali dengan sayuran yang baru.

 

OLEH : DATULANGI, S.ST

 

Senin, 06 September 2021

CARA PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN JAGUNG

 

Kendala budidaya jagung selain faktor kesuburan tanah, yang tidak kalah pentingnya adanya serangan hama dan penyakit. Untuk mengatasi serangan hama perlu dicari alternatif pengendalian yang bersifat ramah lingkungan  Kehilangan hasil jagung oleh hama adalah 20-80%. Tanaman jagung yang terserang hama ini menjadi patah sehingga dapat menurunkan produksi bahkan kalau serangan tinggi menyebabkan kegagalan saat panen. Hama ini merusak daun, bunga jantan dan kemudian menggerek batang jagung.

Beberapa cara pengendaliannya adalah sebagai berikut :

Secara Kultur Teknis

Pengendalian hama dengan cara kultur teknis dapat dilakukan dengan pemilihan pola tanam yaitu melakukan tumpang sari antara tanaman jagung dengan kedelai atau kacang tanah. Menurut penelitian, melakukan tumpangsari antara jagung dengan kedelai atau kacang tanah dapat menekan kerusakan yang disebabkan oleh hama ini.

Selain melakukan tumpang sari, pemotongan bunga jantan juga dapat meminimalisir kerusakan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Screner dan Naf us, pemotongan bunga jantan dilakukan karena sekitar 40-70% larva berada di bunga jantan sehingga dapat menekan kerusakan yang ditimbulkan.

Agen Hayati

Pengendalian dengan agen hayati yaitu dengan penggunaan suatu makhluk hidup, baik itu predator maupun parasit. Ada beberapa parasit dalam jenis bakteri maupun jamur yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama antara lain Trichogramma, micraspis sp, dan Celonus. Parasit tersebut dapat merusak telur dari penggerek batang jagung sehingga dapat mencegah perkembangbiakannya hama ini

Selain itu, pengendalian dengan menggunakan predator seperti laba laba dari famili Argiopidae, Oxyopidae, Theriidae dan juga sejenis semut Solenopsis germinata dapat memangsa larva hama penggerek batang jagung. Hal itu dapat memutus siklus hidup hama penggerek batang jagung dan mencegah bertambahnya jumlah hama tersebut.

Pengendalian dengan agen hayati ini perlu diusahakan dengan optimal. Pengendalian ini dinilai lebih efektif dan juga mempunyai beberapa kelebihan yaitu ramah lingkungan, tidak perlu mengeluarkan biaya yang cukup besar, dan juga menciptakan ekosistem yang seimbang.

Pestisida

Untuk pengendalian dengan menggunakan pestisida, kita dapat menggunakan insektisida Furadan 3G yang diberikan pada pucuk sebelum berbunga atau 40 hari setelah tanam, diikuti dengan decis 2,5 EC setelah berbunga. Insektisida dengan bahan aktif monokrotofos, triazofos, dikhlorfos, dan karbofuran dianjurkan jika ditemukan 1 kelompok telur pada tanaman jagung.

Jika jagung yang ditanam menerapkan sistem organik, kita dapat melakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida nabati. Pestisida nabati yang digunakan adalah Dipel (Bacillus thuringiensis) yang dikombinasikan pada saat pemotongan bunga jantan yang dinilai efektif untuk mengendalikan hama ini.

Pengendalian dengan pengaturan waktu tanam

Penggerek batang jagung merupakan hama utama jagung, akibat dari serangan hama ini tanaman jagung menjadi patah sehingga dapat menurunkan produksil bahkan kalau serangan tinggi menyebabkan kegagalan panen. Salah satu cara pengendalian yang aman, mudah dan murah yaitu dengan teknik pengaturan waktu tanam. Dimana jagung yang ditanam pada awal mulai musim hujan (1-4 minggu) dapat terhindar dari serangan penggerek batang.  Hal ini diduga bahwa pada minggu kelima dan seterusnya dimana pada saat ini keadaan curuh hujan tinggi, sangat mendukung perkembangan dari hama-hama jagung. Menurut Kalshoven (1981), tingginya curah hujan akan meningkatkan kelembaban udara dan kondisi semacam ini sangat sesuai atau mendukung terjadinya perkembangan hama. Menurut Asikin dan Thamrin (1995), tanam pada awal musim hujan (Oktober-Nopember) yaitu 1-4 minggu setelah mulai musim hujan dapat menekan intensitas serangan penggerek batang jagung di lahan kering beriklim basah


OLEH : ZUBAIR, S.ST

Minggu, 05 September 2021

PANEN DAN PASCA PANEN CENGKEH

 

Tanaman cengkeh untuk dapat  tumbuh dan berproduksi memerlukan persyaratan lingkungan tumbuh yang spesifik. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tanaman cengkeh antara lain adalah iklim, tinggi tempat dan jenis tanah.

Panen adalah suatu proses akhir dan tindakan manusia dalam hal budidaya tanaman dimana pertumbuhan tanaman biasanya akan terjadi perubahan secara fisiologis maupun morfologi dari tanaman tersebut (Setyono, 2001). Panen adalah pekerjaan budidaya tanaman (bercocok tanam) dengan mengumpulkan komoditas dari lahan penanaman, pada taraf kematangan yang tepat dengan kerusakan minimal, dilakukan secepat mungkin dan dengan biaya rendah (Anonim, 2012).

Perbedaan tingkat pemasakan bunga, waktu panen, tepatnya waktu pemetikan dan teknik pengolahan hasil akan menyebabkan kualitas hasil yang berbeda pula. Sedang di daerah penghasil cengkeh yang musim kemaraunya bersamaan, tetapi berlainan lokasinya, maka musim panennya juga berbeda. Juga pengaruh pola hujan, temperatur dan tinggi tempat pertanaman akan membawa pengaruh yang berbeda pula. Oleh karena itu, pemetikan harus dilakukan pada tingkat kemasakan yang tepat yakni pada waktu bunga berwarna pucat yang sebelumnya itu berwarna hijau, kemudian menguning akhirnya keunguan muda dan merah tua. Saat yang paling bagus adalah pada saat kepala buah yang terdiri dari mahkota bunga masih tertutup dan bundar bentuknya, berisi dan mengkilat. Apabila bunga itu warnanya menjadi merah muda berarti sebentar lagi akan membuka.

Pengelolaan panen bunga cengkih bertujuan untuk menjaga kualitas panen yang dihasilkan. Hasil panen yang tidak dikelola dengan baik akan menurunkan kuantitas dan kulitas panen. Pengelolaan yang dilakukan diantaranya agar tidak terjadi kehilangan massa bunga, seperti bunga yang rusak ataupun rontok pada saat pemetikan ataupun pengangkutan. Hasil panen terbaik diperoleh jika bunga berada pada masa petiknya, oleh karena itu diperlukan pengelolaan panen untuk menentukan waktu petik yang tepat.

            Pasca panen Penanganan pasca panen adalah tahapan yang dimulai sejak pemungutan hasil pertanian yang meliputi hasil tanaman pangan, hortikultura, perkebunan sampai siap dipasarkan (Soemardi, 1986). Penanganan pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan/perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan konsumen (Purwadaria, 1994). Harvest handing/past harvest commony reffered to as primary treatment (primary processing).

Penanganan pasca panen sering disebut juga sebagai pengolahan primer istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi. Berbagai tindakan/perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada ditangan konsumen (Purwadaria, 1994)

Sebelum dikeringkan, bunga cengkeh dipisahkan dari tangkai atau gagang dan dikeringkan secara terpisah.Pada tahap ini dilakukan pemisahan antara bunga cengkeh yang baik, bunga yang terlalu tua dan yang terjatuh, setelah itu bunga cengkeh dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan dengan menjemurnya di bawah sinar matahari langsung atau menggunakan pengering buatan.

Bunga cengkeh yang akan dijemur dihamparkan pada alas tikar,anyaman bamboo gribig, atau plastik, atau pada lantai jemur yang diberi alas plastic.Selama proses pengeringan, cengkeh dibolak balik agar keringnya merata.proses pengeringan dianggap selesai apabila warna bunga cengkeh telah berubah menjadi coklat kemerahan,mengkilat, mudah dipatahkan dengan jari tangan dan kadar air telah mencapai sekitar 10 – 12 %.

Lamanya waktu penjemuran dibawah sinar mataharisekitar 3 – 4 hari.Cengkeh yang telah kering kalau disimpan tidak akan susut beratnya dan tahan lama asalkan tidak terkena air.

Kualitas cengkeh dapat dibedakan dan dinilai menurut:                    

a.   Kekeringannya

b. Persentase kotoran (tangkai bunga dan daun-daun)    

c. Persentase yang tidak berkepala (sudah banyak yang mekar)                

d.   Persentase yang muda

e.   Warnanya


OLEH : ZUBAIR, S.ST

PEMANFAATAN SARANA DIGITAL BPP BENTENG BONTOHARU SEBAGAI MEDIA PENYULUHAN

  Perkembangan teknologi di era digitalisasi 4.0 menuntut penyuluh pertanian untuk memiliki kemampuan Internet of Things (IOT), Teknologi 3D...