Kendala budidaya
jagung selain faktor kesuburan tanah, yang tidak kalah pentingnya adanya
serangan hama dan penyakit. Untuk mengatasi serangan hama perlu dicari
alternatif pengendalian yang bersifat ramah lingkungan Kehilangan hasil jagung oleh hama adalah
20-80%. Tanaman jagung yang terserang hama ini menjadi patah sehingga dapat
menurunkan produksi bahkan kalau serangan tinggi menyebabkan kegagalan saat
panen. Hama ini merusak daun, bunga jantan dan kemudian menggerek batang jagung.
Beberapa cara pengendaliannya adalah sebagai
berikut :
Secara Kultur Teknis
Pengendalian
hama dengan cara kultur teknis dapat dilakukan dengan pemilihan pola
tanam yaitu melakukan tumpang sari antara tanaman jagung dengan kedelai
atau kacang tanah. Menurut penelitian, melakukan tumpangsari antara jagung
dengan kedelai atau kacang tanah dapat menekan kerusakan yang disebabkan oleh
hama ini.
Selain melakukan tumpang sari,
pemotongan bunga jantan juga dapat meminimalisir kerusakan. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Screner dan Naf us, pemotongan bunga jantan dilakukan
karena sekitar 40-70% larva berada di bunga jantan sehingga dapat menekan
kerusakan yang ditimbulkan.
Agen Hayati
Pengendalian dengan agen hayati
yaitu dengan penggunaan suatu makhluk hidup, baik itu predator maupun parasit.
Ada beberapa parasit dalam jenis bakteri maupun jamur yang dapat digunakan
untuk mengendalikan hama antara lain Trichogramma, micraspis sp, dan Celonus.
Parasit tersebut dapat merusak telur dari penggerek batang jagung sehingga
dapat mencegah perkembangbiakannya hama ini
Selain itu, pengendalian dengan
menggunakan predator seperti laba laba dari famili Argiopidae,
Oxyopidae, Theriidae dan juga sejenis semut Solenopsis
germinata dapat memangsa larva hama penggerek batang jagung. Hal itu
dapat memutus siklus hidup hama penggerek batang jagung dan mencegah
bertambahnya jumlah hama tersebut.
Pengendalian dengan agen hayati ini
perlu diusahakan dengan optimal. Pengendalian ini dinilai lebih efektif dan
juga mempunyai beberapa kelebihan yaitu ramah lingkungan, tidak perlu
mengeluarkan biaya yang cukup besar, dan juga menciptakan ekosistem yang seimbang.
Pestisida
Untuk pengendalian dengan
menggunakan pestisida, kita dapat menggunakan insektisida Furadan 3G yang
diberikan pada pucuk sebelum berbunga atau 40 hari setelah
tanam, diikuti dengan decis 2,5 EC setelah berbunga. Insektisida dengan
bahan aktif monokrotofos, triazofos, dikhlorfos, dan
karbofuran dianjurkan jika ditemukan 1 kelompok telur pada tanaman jagung.
Jika jagung yang ditanam menerapkan
sistem organik, kita dapat melakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida
nabati. Pestisida nabati yang digunakan adalah Dipel (Bacillus thuringiensis)
yang dikombinasikan pada saat pemotongan bunga jantan yang dinilai efektif
untuk mengendalikan hama ini.
Pengendalian
dengan pengaturan waktu tanam
Penggerek batang jagung merupakan hama utama jagung, akibat dari serangan hama ini tanaman jagung menjadi patah sehingga dapat menurunkan produksil bahkan kalau serangan tinggi menyebabkan kegagalan panen. Salah satu cara pengendalian yang aman, mudah dan murah yaitu dengan teknik pengaturan waktu tanam. Dimana jagung yang ditanam pada awal mulai musim hujan (1-4 minggu) dapat terhindar dari serangan penggerek batang. Hal ini diduga bahwa pada minggu kelima dan seterusnya dimana pada saat ini keadaan curuh hujan tinggi, sangat mendukung perkembangan dari hama-hama jagung. Menurut Kalshoven (1981), tingginya curah hujan akan meningkatkan kelembaban udara dan kondisi semacam ini sangat sesuai atau mendukung terjadinya perkembangan hama. Menurut Asikin dan Thamrin (1995), tanam pada awal musim hujan (Oktober-Nopember) yaitu 1-4 minggu setelah mulai musim hujan dapat menekan intensitas serangan penggerek batang jagung di lahan kering beriklim basah
OLEH : ZUBAIR, S.ST
0 komentar:
Posting Komentar