Bawang merah (Allium
ascalonicum L) merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi dan banyak dikonsumsi manusia sebagai campuran
bumbu masak setelah cabai. Bawang merah juga dijual dalam bentuk olahan seperti
ekstrak bawang merah, bubuk, minyak atsiri, bawang goreng bahkan sebagai bahan
obat untuk menurunkan kadar kolesterol, gula darah, mencegah penggumpalan
darah, menurunkan tekanan darah serta memperlancar aliran darah. Sebagai
komoditas hortikultura yang banyak dikonsumsi masyarakat, potensi pengembangan
bawang merah masih terbuka lebar tidak saja untuk kebutuhan dalam negeri,
tetapi juga luar negeri
Salah satu teknik
budidaya yang perlu diperbaiki ialah pengaturan jarak tanam. Kerapatan/jarak
tanam berhubungan erat dengan populasi tanaman per satuan luas, dan persaingan
antartanaman dalam penggunaan cahaya, air, unsur hara, dan ruang, sehingga
dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil umbi. Jarak tanam yang optimal
untuk produksi umbi bawang merah menggunakan benih umbi konvensional (4 – 5
g/umbi) ialah 10 x 20 cm atau 15 x 20 cm. Kedua jarak tanam tersebut belum
tentu optimal untuk produksi umbi bawang merah dari benih umbi mini.
Selain membutuhkan
jarak tanam yang optimal, untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal
tanaman bawang merah juga memerlukan ketersediaan hara dalam jumlah yang cukup
dan berimbang, terutama unsur hara nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K).
Unsur hara nitrogen merupakan bahan pembangun protein, asam nukleat, enzim,
nukleoprotein, dan alkaloid, yang sangat dibutuhkan tanaman terutama untuk
perkembangan daun, meningkatkan warna hijau daun, serta pembentukan cabang atau
anakan.
Kekurangan hara N
dapat membatasi pembelahan dan pembesaran sel. Unsur hara fosfor merupakan
komponen enzim, protein, ATP, RNA, DNA, dan fitin, yang mempunyai fungsi
penting dalam proses-proses fotosintesis, penggunaan gula dan pati, serta
transfer energi. Defisiensi P menyebabkan pertumbuhan tanaman lambat, lemah,
dan kerdil. Unsur hara kalium berfungsi dalam pembentukan gula dan pati,
sintesis protein, katalis bagi reaksi enzimatis, penetral asam organik, serta
berperan dalam pertumbuhan jaringan meristem, meningkatkan ketahanan terhadap
penyakit, dan perbaikan kualitas hasil tanaman. Pemberian ketiga unsur hara
tersebut secara tepat sangat membantu pembentukan umbi bawang merah.
Penggunaan jarak
tanam 20 cm x 20 cm dan 20 cm x 25 cm yang disertai dengan penyiangan 3 kali
menghasilkan bobot umbi paling tinggi sebesar 12,44 ton ha-1 dan 12,53 ton ha-1
(Wulandari dkk, 2016). Perlakuan jarak tanam 10 x 20 cm dan pupuk pelengkap
cair berpengaruh terhadap jumlah anakan terbanyak dan berat basah umbi
(Setiawan dan Suparno, 2018). Perlakuan dengan jarak tanam 20 x 20 cm dengan
hasil terbaik pada munculnya tunas tercepat (10,83 hari), jumlah daun terbanyak
(10,55 helai), dan diameter umbi terbesar (17,99 mm)
Bobot
segar dan bobot kering umbi bawang merah dipengaruhi oleh ukuran umbi bibit dan
kerapatan tanam. Dinyatakan pula bahwa semakin rapat jarak tanam maka laju
peningkatan hasil tersebut mengalami penurunan dengan semakin rapatnya populasi
tanaman. Jarak tanam juga menentukan kebutuhan bibit, karena semakin padat
populasinya maka semakin banyak bibit yang dibutuhkan perluasan tanam. Untuk
menghasilkan umbi jarak tanam yang umum digunakan adalah 20 x 20 cm tergantung
juga ukuran bibitnya. Namun untuk produksi daun bawang banyak dilakukan
penanaman dengan jarak tanam 20 x 10 cm (informasi petani).
Hal ini diduga karena
pada masa pertumbuhan awal bawang merah, tingkat kerapatan tanaman tidak
mempengaruhi ruang tumbuh tanaman. Tetapi pada pertumbuhan jumlah daun tanaman
umur 6 mst, perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh yang nyata.Hal ini diduga
karena pada umur 6 mst pertumbuhan jumlah daun mulai meningkat dimana kondisi
tanaman membutuhkan ruang tumbuh yang cukup luas sesuai dengan kerimbunan
tanaman. Pada jarak tanam yang lebih rapat tanaman bawang merah akan saling
menaungi sehingga cahaya matahari yang sangat dibutuhkan dalam proses
fotosintesis tidak diperoleh dengan baik. Sejalan dengan pendapat Setiawan dan
Suparno (2018) yang menyatakan bahwa jarak tanam dengan kepadatan tertentu
bertujuan memberikan ruang tumbuh pada tiap-tiap tanaman agar tumbuh dengan
baik. Jarak tanaman akan mempengaruhi kepadatan efisiensi penggunaan cahaya,
persaingan diantara tanaman dalam penggunaan air dan unsur hara sehingga akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Perbedaan pertumbuhan dimungkinkan
karena respon yang berbeda dari masing-masing jarak tanam.
Pertumbuhan bawang merah didukung oleh berbagai macam faktor baik dari faktor internal maupun eksternal. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bawang merah antara lain unsur hara, air, dan cahaya matahari. Namun dalam memperoleh ketiga faktor tersebut, setiap tanaman akan saling bersaing dengan tanaman lainnya yang tumbuh dalam satu areal lahan yang sama. Oleh karena itu, tingkat kerapatan tanaman perlu diperhatikan agar dapat meminimalisir kompetisi antar tanaman. Selain itu, dengan pengaturan jarak tanam yang baik dapat memberikan ruang tumbuh yang optimal bagi tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya baik di atas permukaan tanah maupun di dalam tanah.
OLEH : ZUBAIR
0 komentar:
Posting Komentar