Faktor yang perlu diperhatikan didalam penentuan panen jagung adalah waktu panen.
Panen yang terlalu awal atau tongkol masih belum mencapai matang fisilogis
dapat menyebabkan penurunan kualitas produksi yaitu akan menghasilkan banyak
butir muda, sehingga daya simpan jagung rendah. Sebaliknya, terlambat panen
dapat menyebabkan rusaknya biji akibat deraan lingkungan dan serangan hama.
Jika panen dilakukan pada musim hujan menyebabkan biji jagung mudah berjamur
sehingga biji akan terkontaminasi aflatoksin
Jagung
siap panen ditandai dengan :
1.Terbentuknya
lapisan hitam di ujung biji dan kulit tongkol (klobot) sudah mengering atau
berwarna coklat muda.
2.Biasanya
panen dilakukan pada saat tongkol berumur 7-8 minggu setelah keluar bunga
3.penampakan
biji jagung yang mengkilap jika tongkol dikupas
4.Jika
biji ditekan dengan tangan tidak meninggalkan bekas melekuk, dan kadar air
dalam biji sudah mencapai 35 – 40%.
Kadar
air biji jagung saat panen mempengaruhi volume dan mutu hasil. Pemanenan yang
dilakukan pada kadar air rendah (17 – 20%) menyebabkan terjadinya susut hasil
akibat tercecer sebesar 1,2 – 4,7% dan susut mutu 5 – 9%. Apabila panen
dilakukan pada kadar air tinggi (35 – 40%), susut hasil akibat tercecer
mencapai 1,7 – 5,2% dan susut mutu 6 –
10%
Jagung
untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh. Saat
itu diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk direbus dan dibakar,
dipanen ketika matang susu. Tanda-tandanya kelobot masih berwarna hijau, dan
bila biji dipijit tidak terlalu keras serta akan mengeluarkan cairan putih.
Jagung untuk makanan pokok (beras jagung), pakan ternak, benih, tepung dan
berbagai keperluan lainnya dipanen jika sudah matang fisiologis.
Tanda-tandanya: sebagian besar daun dan kelobot telah menguning. Apabila
bijinya dilepaskan akan ada warna coklat kehitaman pada tangkainya (tempat
menempelnya biji pada tongkol). Bila biji dipijit dengan kuku, tidak
meninggalkan bekas.
Cara panen jagung yang matang fisiologis
adalah secara manual dengan tangan. Cara panen tersebut dilakukan dengan
menentukan tanaman (pohon) yang bertongkol matang fisiologis kemudian tongkol
dipetik dengan tangan hingga terlepas dari batangnya. Jika tidak segera
dikonsumsi atau dijual, jagung sebaiknya dipanen bersama klobotnya agar biji
tidak mudah rusak dan dapat disimpan selama 3-4 bulan. Dalam hal ini perlu
pengeringan/penyimpanan jagung berupa para-para dalam jumlah yang cukup.
Pasca Panen Jagung
Proses
penanganan pasca panen jagung diklasifikasikan berdasarkan tingkat kemasakan
dari masing-masing jagung yaitu masak susu, masak lunak (jagung manis/sweet
corn dan jagung muda/jagung biasa), masak tua (30-40%), dan masak mati (17%).
Untuk tiap tingkat kemasakan tersebut terdapat perbedaan dalam proses penanganannya. Proses penanganan pasca panen pertama untuk jagung masak susu dan masak lunak terdiri dari panen,pengemasan segar dan penyimpanan. Proses penanganan pasca panen kedua untuk jagung masak tua dan masak mati terdiri dari proses panen, pengeringan tongkol, penyimpanan tongkol, pemipilan, pengeringan jagung pipilan dan penyimpanan jagung pipilan. Penanganan pasca panen yang bertujuan untuk memproduksi jagung pipilan meliputi kegiatan pokok yang terdiri dari pengumpulan hasil, penempatan dalam wadah, pengangkutan, pengeringan, pemipilan, pengeringan ulang dan penyimpanan. Penanganan pasca panen ini dibedakan antara penanganan jagung tongkol dan jagung pipilan.
Tahapan-tahapan penanganan jagung tongkol adalah : (1) pengumpulan hasil, yaitu mengumpulkan hasil panen di tempat yang teduh dan strategis sambil melakukan sortasi tongkol yang terserang hama atau penyakit ; (2) pewadahan, yaitu memasukkan ke dalam kantong goni atau wadah lain secara teratur; (3) pengangkutan; (4) pengeringan tongkol dengan cara mengeringkan tongkol satu persatu dalam bentuk ikatan-ikatan berisi 10 tongkol/ikat dengan cara menjemur di atas lantai; (4) penyimpanan, ikatan-ikatan tongkol disimpan digudang penyimpanan atau diatas tungku dapur dengan cara digantung pada tali atau bilah bambu. Untuk penanganan jagung pipilan prinsipnya sama dengan penanganan jagung tongkol, hanya setelah pengeringan dilakukan kegiatan pemipilan, pengeringan ulang
dan
penyimpanan dengan segera.
Pengupasan
Jagung
dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai.
Pengupasan ini dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol dapat
diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan biji atau
mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan
pengangkutan selama proses pengeringan. Untuk jagung masak mati sebagai bahan
makanan, begitu selesai dipanen, kelobot segera dikupas
Pengeringan
Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara tradisional
jagung dijemur di bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar 9-11 %.
Biasanya penjemuran memakan waktu sekitar 7-8 hari. Penjemuran dapat dilakukan
di lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat dan digantung.
Secara
buatan dapat dilakukan dengan mesin pengering untuk menghemat tenaga manusia,
terutama pada musim hujan. Terdapat berbagai cara pengeringan buatan, tetapi
prinsipnya sama yaitu untuk mengurangi kadar air di dalam biji dengan panas
pengeringan sekitar 38-43 derajat C, sehingga kadar air turun menjadi 12-13 %.
Mesin pengering dapat digunakan setiap saat dan dapat dilakukan pengaturan suhu
sesuai dengan kadar air biji jagung yang diinginkan.
Pemipilan
Setelah dijemur sampai kering jagung dipipil. Pemipilan dapat menggunakan
tangan atau alat pemipil jagung bila jumlah produksi cukup besar. Pada dasarnya
"memipil" jagung hampir sama dengan proses perontokan gabah, yaitu
memisahkan biji-biji dari tempat pelekatan. Jagung melekat pada tongkolnya,
maka antara biji dan tongkol perlu dipisahkan.
Penyortiran dan Penggolongan
Setelah
jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan dari kotoran
atau apa saja yang tidak dikehendaki, sehinggga tidak menurunkan kualitas
jagung. Yang perlu dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol, biji
kecil, biji pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada waktu
pengumpilan. Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menghindari atau menekan
serangan jamur dan hama selama dalam penyimpanan. Disamping itu juga dapat
memperbaiki peredaran udara. Untuk pemisahan biji yang akan digunakan sebagai
benih terutama untuk penanaman dengan mesin penanam, biasanya membutuhkan
keseragaman bentuk dan ukuran buntirnya. Maka pemisahan ini sangat penting
untuk menambah efisiensi penanaman dengan mesin. Ada berbagai cara membersihkan
atau memisahan jagung dari campuran kotoran. Tetapi pemisahan dengan cara
ditampi seperti pada proses pembersihan padi, akan mendapatkan hasil yang baik
OLEH : RETY APRIANI
0 komentar:
Posting Komentar