Senin, 04 Desember 2023

PANEN DAN PASCA PENEN JAGUNG

 


Faktor yang perlu diperhatikan didalam penentuan panen jagung adalah waktu panen

Panen yang terlalu awal atau tongkol masih belum mencapai matang fisilogis dapat menyebabkan penurunan kualitas produksi yaitu akan menghasilkan banyak butir muda, sehingga daya simpan jagung rendah. Sebaliknya, terlambat panen dapat menyebabkan rusaknya biji akibat deraan lingkungan dan serangan hama. Jika panen dilakukan pada musim hujan menyebabkan biji jagung mudah berjamur sehingga biji akan terkontaminasi aflatoksin

Jagung siap panen ditandai dengan :

1.Terbentuknya lapisan hitam di ujung biji dan kulit tongkol (klobot) sudah mengering atau berwarna coklat muda.

2.Biasanya panen dilakukan pada saat tongkol berumur 7-8 minggu setelah keluar bunga

3.penampakan biji jagung yang mengkilap jika tongkol dikupas

4.Jika biji ditekan dengan tangan tidak meninggalkan bekas melekuk, dan kadar air dalam biji sudah mencapai 35 – 40%.

        Kadar air biji jagung saat panen mempengaruhi volume dan mutu hasil. Pemanenan yang dilakukan pada kadar air rendah (17 – 20%) menyebabkan terjadinya susut hasil akibat tercecer sebesar 1,2 – 4,7% dan susut mutu 5 – 9%. Apabila panen dilakukan pada kadar air tinggi (35 – 40%), susut hasil akibat tercecer mencapai 1,7 – 5,2% dan susut mutu   6 – 10%

        Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh. Saat itu diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk direbus dan dibakar, dipanen ketika matang susu. Tanda-tandanya kelobot masih berwarna hijau, dan bila biji dipijit tidak terlalu keras serta akan mengeluarkan cairan putih. Jagung untuk makanan pokok (beras jagung), pakan ternak, benih, tepung dan berbagai keperluan lainnya dipanen jika sudah matang fisiologis. Tanda-tandanya: sebagian besar daun dan kelobot telah menguning. Apabila bijinya dilepaskan akan ada warna coklat kehitaman pada tangkainya (tempat menempelnya biji pada tongkol). Bila biji dipijit dengan kuku, tidak meninggalkan bekas.

  

  Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah secara manual dengan tangan. Cara panen tersebut dilakukan dengan menentukan tanaman (pohon) yang bertongkol matang fisiologis kemudian tongkol dipetik dengan tangan hingga terlepas dari batangnya. Jika tidak segera dikonsumsi atau dijual, jagung sebaiknya dipanen bersama klobotnya agar biji tidak mudah rusak dan dapat disimpan selama 3-4 bulan. Dalam hal ini perlu pengeringan/penyimpanan jagung berupa para-para dalam jumlah yang cukup.


Pasca Panen Jagung

 

Proses penanganan pasca panen jagung diklasifikasikan berdasarkan tingkat kemasakan dari masing-masing jagung yaitu masak susu, masak lunak (jagung manis/sweet corn dan jagung muda/jagung biasa), masak tua (30-40%), dan masak mati (17%).

Untuk tiap tingkat kemasakan tersebut terdapat perbedaan dalam proses penanganannya. Proses penanganan pasca panen pertama untuk jagung masak susu dan masak lunak terdiri dari panen,pengemasan segar dan penyimpanan. Proses penanganan pasca panen kedua untuk jagung masak tua dan masak mati terdiri dari proses panen, pengeringan tongkol, penyimpanan tongkol, pemipilan, pengeringan jagung pipilan dan penyimpanan jagung pipilan. Penanganan pasca panen yang bertujuan untuk memproduksi jagung pipilan meliputi kegiatan pokok yang terdiri dari pengumpulan hasil, penempatan dalam wadah, pengangkutan, pengeringan, pemipilan, pengeringan ulang dan penyimpanan. Penanganan pasca panen ini dibedakan antara penanganan jagung tongkol dan jagung pipilan.

 

Tahapan-tahapan penanganan jagung tongkol adalah : (1) pengumpulan hasil, yaitu mengumpulkan hasil panen di tempat yang teduh dan strategis sambil melakukan sortasi tongkol yang terserang hama atau penyakit ; (2) pewadahan, yaitu memasukkan ke dalam kantong goni atau wadah lain secara teratur; (3) pengangkutan; (4) pengeringan tongkol dengan cara mengeringkan tongkol satu persatu dalam bentuk ikatan-ikatan berisi 10 tongkol/ikat dengan cara menjemur di atas lantai; (4) penyimpanan, ikatan-ikatan tongkol disimpan digudang penyimpanan atau diatas tungku dapur dengan cara digantung pada tali atau bilah bambu. Untuk penanganan jagung pipilan prinsipnya sama dengan penanganan jagung tongkol, hanya setelah pengeringan dilakukan kegiatan pemipilan, pengeringan ulang

dan penyimpanan dengan segera.

 

Pengupasan

Jagung dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai. Pengupasan ini dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol dapat diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan biji atau mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan pengangkutan selama proses pengeringan. Untuk jagung masak mati sebagai bahan makanan, begitu selesai dipanen, kelobot segera dikupas

 

Pengeringan
Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara tradisional jagung dijemur di bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar 9-11 %. Biasanya penjemuran memakan waktu sekitar 7-8 hari. Penjemuran dapat dilakukan di lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat dan digantung.

Secara buatan dapat dilakukan dengan mesin pengering untuk menghemat tenaga manusia, terutama pada musim hujan. Terdapat berbagai cara pengeringan buatan, tetapi prinsipnya sama yaitu untuk mengurangi kadar air di dalam biji dengan panas pengeringan sekitar 38-43 derajat C, sehingga kadar air turun menjadi 12-13 %. Mesin pengering dapat digunakan setiap saat dan dapat dilakukan pengaturan suhu sesuai dengan kadar air biji jagung yang diinginkan.

Pemipilan
Setelah dijemur sampai kering jagung dipipil. Pemipilan dapat menggunakan tangan atau alat pemipil jagung bila jumlah produksi cukup besar. Pada dasarnya "memipil" jagung hampir sama dengan proses perontokan gabah, yaitu memisahkan biji-biji dari tempat pelekatan. Jagung melekat pada tongkolnya, maka antara biji dan tongkol perlu dipisahkan.

Penyortiran dan Penggolongan

Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki, sehinggga tidak menurunkan kualitas jagung. Yang perlu dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada waktu pengumpilan. Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menghindari atau menekan serangan jamur dan hama selama dalam penyimpanan. Disamping itu juga dapat memperbaiki peredaran udara. Untuk pemisahan biji yang akan digunakan sebagai benih terutama untuk penanaman dengan mesin penanam, biasanya membutuhkan keseragaman bentuk dan ukuran buntirnya. Maka pemisahan ini sangat penting untuk menambah efisiensi penanaman dengan mesin. Ada berbagai cara membersihkan atau memisahan jagung dari campuran kotoran. Tetapi pemisahan dengan cara ditampi seperti pada proses pembersihan padi, akan mendapatkan hasil yang baik



OLEH : RETY APRIANI

0 komentar:

Posting Komentar

PEMANFAATAN SARANA DIGITAL BPP BENTENG BONTOHARU SEBAGAI MEDIA PENYULUHAN

  Perkembangan teknologi di era digitalisasi 4.0 menuntut penyuluh pertanian untuk memiliki kemampuan Internet of Things (IOT), Teknologi 3D...