Selasa, 07 November 2023

PENGGUNAAN JARAK TANAM JAJAR LEWOGO PADA TANAMAN JAGUNG

 



Tanaman jagung merupakan komoditas yang sangat dibutuhkan hingga saat ini. Komoditas jagung (Zea mays L) sangat dibutuhkan karena banyak kegunaan dalam kehidupan sehari hari. Dalam budidaya jagung komponen teknologi pengaturan jarak tanam dan system tanam diperlukan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Tanaman jagung hingga kini masih sangat diminati oleh masyarakat dunia, salah satunya untuk kebutuhan pangan. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% diantaranya merupakan kebutuhan masyarakat di benua Amerika. Di Indonesia jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras.

Teknologi jarak tanam  diperlukan untuk mendapatkan tingkat populasi yang maksimal mengurangi kompetisi mendapatkan unsur hara antar tanaman serta memaksimalkan penerimaan sinar matahari ketanaman, selain itu sistem tanam jajar legowo ternyata juga dapat diterapkan pada pertanaman jagung. Sistem tanaman jagung sama halnya dengan padi, tanaman jagung membentuk anakan, manfaat menerapkan sistem tanam legowo pada tanaman jagung  adalah memudahkan pemeliharaan tanaman, terutama penyiangan gulma baik secara manual maupun herbisida, pemupukan, serta pemberian air

Sistem  tanam Jajar Legowo merupakan pola tanam antara dua baris tanam ataupun lebih yang diberi satu baris kosong. Istilah legowo berasal dari kata “lego” yang berarti luas dan “dowo” yang berarti panjang. Penerapan Jajar Legowo selain untuk meningkatkan populasi tanaman, juga mampu menambah kelancaran sirkulasi sinar matahari dan udara disekitar tanaman pinggir sehingga tanaman bisa berfotosintesis lebih baik. Selain itu tanaman yang posisinya berada di pinggir diharapkan memberikan produksi lebih tinggi serta kualitas panen lebih baik karena pada sistem tanam Jajar Legowo terdapat ruang terbuka seluas 25 - 50%, sehingga penerimaan cahaya matahari lebih optimal

Jajar Legowo awalnya dikenal sebagai sistem tanam yang diaplikasikan di lahan padi namun juga bisa diadopsi untuk tanaman jagung. Tetapi pada budidaya jagung, Jajar Legowo lebih diarahkan pada peningkatan penerimaan intensitas cahaya matahari untuk optimalisasi fotosintesis serta asimilasi dan juga memudahkan pemeliharaan tanaman. Anjuran populasi tanaman untuk jagung adalah berkisar antara 66.000 – 71.000 tanaman/ha. Jika penanaman dilakukan dengan cara tanam Jajar Legowo, agar populasi tanaman tetap berkisar antara 66.000 – 71.000 tanaman/ha.

Tak hanya bisa diimplementasikan pada tanaman padi, sistem tanam jajar legowo juga bisa diimplementasika pada pertanaman jagung. Berbeda dengan padi, tanaman jagung tidak membentuk anakan, sehingga penerapan sistem tanam jajar legowo pada tanaman jagung lebih diarahkan pada:

1.Pengoptimalan penerimaan intensitas sinar matahari pada daun, sehingga diharapkan hasil asimilat meningkat, alhasil pengisian biji dapat optimal.

2.Mempermudah pemeliharaan tanaman, terutama penyiangan gulma baik secara manual maupun dengan herbisida, pemupukan, serta pemberian air.

3.Memudahkan penanaman serta pada barisan kosong dapat  dimanfaatkan untuk tanaman kacang-kacangan (tumpang sari)

Penerapan jarak tanam yang baik dengan penerapan sistem tanam jajar legowo dengan kelebihan sebagai berikut:

1.      Perawatan dan pengamatan mudah

2.      Penerimaan sinar matahari optimal,sehingga proses fotosintesis baik dan meminimalkan serangan OPT

Penerapan sistem tanam jagung dengan jajar legowo juga memungkinkan untuk melakukan tumpang sari pada barisan kosong dengan menanam kacang tanah atau tanaman yang lain.

Perbedaan penerapan sistem tanam biasa dengan sistem tanam jajar legowo pada tanaman jagung sebagai berikut:

Sistem tanam biasa dengan jarak tanam : 70 cm x 20 cm (1 tanaman /lubang) atau 70 x 20 ( 1 tanaman/lubang) maka populasi yang ada adalah 66.000-71.000 tanaman/ Ha.

Sistem tanam jajar legowo :  (20 cm  x 50 cm) x 100 cm ( 1 tanaman /lubang) atau (40 cm  x 50 cm) x 100 cm ( 2 tanaman/lubang) maka populasi yang ada 66.000 tanaman/Ha

Sistem tanam jajar legowo (20 cm x 40 cm) x 100 cm ( 1 tanaman/lubang) atau (40 cm x 40 cm ) x 100 cm ( 2 tanaman/lubang) maka populasi yang ada 71.000 tanaman / Ha


OLEH : RETY APRIANI R.GAUK

0 komentar:

Posting Komentar

PEMANFAATAN SARANA DIGITAL BPP BENTENG BONTOHARU SEBAGAI MEDIA PENYULUHAN

  Perkembangan teknologi di era digitalisasi 4.0 menuntut penyuluh pertanian untuk memiliki kemampuan Internet of Things (IOT), Teknologi 3D...