Tanaman jagung merupakan komoditas yang sangat dibutuhkan hingga saat ini.
Komoditas jagung (Zea mays L) sangat dibutuhkan karena banyak kegunaan dalam
kehidupan sehari hari. Dalam budidaya jagung komponen teknologi pengaturan
jarak tanam dan system tanam diperlukan untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Tanaman jagung hingga kini masih sangat diminati oleh masyarakat dunia, salah
satunya untuk kebutuhan pangan. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta
ton/tahun, 42% diantaranya merupakan kebutuhan masyarakat di benua Amerika. Di
Indonesia jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber
karbohidrat kedua setelah beras.
Teknologi jarak tanam diperlukan untuk
mendapatkan tingkat populasi yang maksimal mengurangi kompetisi mendapatkan
unsur hara antar tanaman serta memaksimalkan penerimaan sinar matahari
ketanaman, selain itu sistem tanam jajar legowo ternyata juga dapat diterapkan
pada pertanaman jagung. Sistem tanaman jagung sama halnya dengan padi, tanaman
jagung membentuk anakan, manfaat menerapkan sistem tanam legowo pada tanaman
jagung adalah memudahkan pemeliharaan tanaman, terutama penyiangan gulma
baik secara manual maupun herbisida, pemupukan, serta pemberian air
Sistem tanam Jajar
Legowo merupakan pola tanam antara dua baris tanam ataupun lebih yang diberi
satu baris kosong. Istilah legowo berasal dari kata “lego” yang berarti luas
dan “dowo” yang berarti panjang. Penerapan Jajar Legowo selain untuk
meningkatkan populasi tanaman, juga mampu menambah kelancaran sirkulasi sinar
matahari dan udara disekitar tanaman pinggir sehingga tanaman bisa
berfotosintesis lebih baik. Selain itu tanaman yang posisinya berada di pinggir
diharapkan memberikan produksi lebih tinggi serta kualitas panen lebih baik
karena pada sistem tanam Jajar Legowo terdapat ruang terbuka seluas 25 - 50%,
sehingga penerimaan cahaya matahari lebih optimal
Jajar
Legowo awalnya dikenal sebagai sistem tanam yang diaplikasikan di lahan padi
namun juga bisa diadopsi untuk tanaman jagung. Tetapi pada budidaya jagung,
Jajar Legowo lebih diarahkan pada peningkatan penerimaan intensitas cahaya
matahari untuk optimalisasi fotosintesis serta asimilasi dan juga memudahkan
pemeliharaan tanaman. Anjuran populasi tanaman untuk jagung adalah berkisar
antara 66.000 – 71.000 tanaman/ha. Jika penanaman dilakukan dengan cara tanam
Jajar Legowo, agar populasi tanaman tetap berkisar antara 66.000 – 71.000
tanaman/ha.
Tak hanya bisa diimplementasikan pada tanaman padi, sistem tanam
jajar legowo juga bisa diimplementasika pada pertanaman jagung. Berbeda dengan
padi, tanaman jagung tidak membentuk anakan, sehingga penerapan sistem tanam
jajar legowo pada tanaman jagung lebih diarahkan pada:
1.Pengoptimalan penerimaan intensitas sinar matahari pada daun,
sehingga diharapkan hasil asimilat meningkat, alhasil pengisian biji dapat optimal.
2.Mempermudah pemeliharaan tanaman, terutama penyiangan gulma
baik secara manual maupun dengan herbisida, pemupukan, serta pemberian air.
3.Memudahkan penanaman serta pada barisan kosong dapat dimanfaatkan untuk tanaman kacang-kacangan
(tumpang sari)
Penerapan jarak
tanam yang baik dengan penerapan sistem tanam jajar legowo dengan kelebihan
sebagai berikut:
1. Perawatan
dan pengamatan mudah
2. Penerimaan
sinar matahari optimal,sehingga proses fotosintesis baik dan meminimalkan serangan
OPT
Penerapan
sistem tanam jagung dengan jajar legowo juga memungkinkan untuk melakukan
tumpang sari pada barisan kosong dengan menanam kacang tanah atau tanaman yang
lain.
Perbedaan
penerapan sistem tanam biasa dengan sistem tanam jajar legowo pada tanaman
jagung sebagai berikut:
Sistem tanam
biasa dengan jarak tanam : 70 cm x 20 cm (1 tanaman /lubang) atau 70 x 20 ( 1
tanaman/lubang) maka populasi yang ada adalah 66.000-71.000 tanaman/ Ha.
Sistem tanam
jajar legowo : (20 cm x 50 cm) x 100 cm ( 1 tanaman /lubang) atau
(40 cm x 50 cm) x 100 cm ( 2 tanaman/lubang) maka populasi yang ada
66.000 tanaman/Ha
Sistem tanam
jajar legowo (20 cm x 40 cm) x 100 cm ( 1 tanaman/lubang) atau (40 cm x 40 cm )
x 100 cm ( 2 tanaman/lubang) maka populasi yang ada 71.000 tanaman / Ha
OLEH : RETY APRIANI R.GAUK
0 komentar:
Posting Komentar