Terong (Solanum
melongena L.), merupakan salah satu dari sepuluh tanaman sayuran
penting di dunia. Terong mudah beradaptasi pada keadaan curah hujan dan
temperatur tinggi serta merupakan salah satu tanaman yang dapat berproduksi
tinggi pada lingkungan basah dan panas. Tanaman terong mengandung nutrisi
seperti serat, asam askorbit, Vitamin K, Vitamin B6, asam pantotenik, potasium,
besi, mangan, pospor, dan tembaga. Nutrisi yang terdapat pada terong mempunyai
kontribusi sebagai makanan tambahan terutama pada saat ketersediaan sayuran lain
terbatas.
Kendala
utama dalam meningkatkan produksi tanaman terong di daerah tropis adalah
serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit ini berperan langsung maupun
tidak langsung pada pertanaman terong sehingga menurunkan produksi. Hama utama
yang menyerang tanaman terong yaitu penggerek pucuk dan buah terong, wereng
daun, kutu putih (whitefly), trips, aphid, kumbang lembing, penggerek batang,
dan tungau merah.
Dalam
melakukan budidaya tanam terong baik terong ungu, terong lalap, terong belanda,
terong putih ataupun terong hijau pastilah akan ada kendala yang dialami, salah
satunya serangan hama dan penyakit. Serangan hama penyakit tersebut dapat
menimbulkan hal yang merugikan seperti pertumbuhan lambat, produktivitas
menurun dan gagal panen bahkan tanaman mengalami kematian. Nah kali ini kita
akan membahas tentang hama dan penyakit yang menyerang tanaman terong beserta
cara pengendaliannya, berikut penjelasan lengkapnya:
1.
Kumbang Daun (epilachna spp.)
Hama
ini membuat permukaan daun tidak rata, ada lubang dan memiliki warna kuning
serta layu. Kumbang pemakan daun Epilachna sp. merupakan hama yang dominan pada
tanaman terung fase vegetatif dan fase generatif. Imago kumbang ini berwarna
jingga kusam dengan bintik-bintik hitam pada elitranya dan panjang tubuhnya
berkisar antara 5-8 mm. Larvanya berwarna kuning dan terdapat seta yang
terl;ihat seperti duri pada bagian tubuhnya. Baik larva maupun imago merusak
tanaman dengan memakan lapisan epidermis di bawah daun tetapi bagian atas daun
tetap utuh. Sehingga daun yang terserang tinggal kerangka dan menjadi kering
seperti jaring. Kumbang Epilacna sp. aktif makan terutama pada pagi hari
sedangkan pada siang hari aktivitas makannya menurun, pada sore hari kembali
aktif makan dan kemudian menjelang malam aktifitas makannya menurun lagi. Pada
tanaman terung fase vegetatif populasi kumbang Epilachna sp. meningkat pada
bulan Desember. Peningkatan ini dipengaruhi oleh umur tanaman, kumbang
Epilachna sp. lebih menyukai tanaman muda sebelum berbunga. Sedangkan pada fase
generatif populasi kumbang Epilachna sp. cenderung mengalami penurunan memasuki
bulan November. Hal ini disebabkan karena hujan yang turun secara terus-menerus
dan umur tanaman yang semakin tua. Pada bulan Desember tanaman terung fase
generatif tidak ada lagi karena telah mencapai akhir usia tanaman.
Pengendalian
:
Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara manual dengan cara mengambil
kumbang tersebut lalu dimusnahkan atau bisa juga dengan cara kimiawi yaitu
dengan melakukan penyemprotan insektisida sesuai dosis yang ditentukan.
2.
Kutu daun (Aphis spp). Hama ini menyerang tanaman terong pada bagian
daun yang masih muda sehingga daun akan rusak, tidak beraturan dan daun akan
kering dan mati. Ciri Ciri kutu Daun
Morfologi/Bioekologi
Secara
umum kutu berukuran kecil, antara 1 – 6 mm, tubuhnya lunak, berbentuk seperti
buah pir, mobilitasnya rendah dan biasanya hidup secara berkoloni. Kutu daun
kapas Aphis gossypii Glover (Homoptera: Aphididae) merupakan salah satu hama
yang menyerang daun muda dan pucuk tanaman , terutama pada tanaman musim
kemarau. Serangga ini bersifat polifag dan kosmopolitan, menyerang dengan cara
menusuk dan mengisap cairan sel-sel epidermis dan mesofil daun dengan
menggunakan stiletnya. Nimfa berukuran kecil, berwarna hijau kekuning-kuningan,
stadium nimfa berlangsung selama 6 sampai 7 hari A. gossypii berkembangbiak
secara parthenogenesis yaitu melahirkan anak yang telah berkembang di tubuh
induknya sebelum dilahirkan. Nimfa yang telah menjadi imago akan siap beranak
setelah berumur 4 – 5 hari (Kalshoven, 1981). Dalam keadaan iklim dingin, sebagian
besar serangga aphids berkembang biak secara tidak kawin (dengan menghasilkan
nimfa). Nimfa tersebut akan berubah secara bertahap menjadi serangga dewasa
dalam ideal waktu kurang lebih 8 – 10 minggu. Kondisi alam dengan suhu yang
dingin dan kelembaban tinggi menyebabkan perubahan nimfa menjadi aphids dewasa
membutuhkan waktu lebih lama. Mulai dari nimfa tahap pertama hingga keempat,
bentuknya nyaris sama. Dan setelah memasuki bentuk nimfa tahap empat itulah
nimfa pradewasa akan berubah menjadi serangga dewasa yang bersayap maupun tanpa
sayap. Serangga dewasa ini akan berkembangbiak kembali (reproduksi) dalam waktu
kurang lebih 2 – 3 hari kemudian. Di Australia, sebagian besar aphids adalah
betina. Karena dia bisa berkembang biak secara tidak kawin, maka untuk dapat
memiliki keturunan, mereka tidak memerlukan pasangan sehingga daur hidupnya pun
sangat singkat. Selama hidupnya aphids betina mampu menghasilkan ribuan aphids
baru yakni hanya dalam waktu 4 – 6 minggu saja. Seiring dengan perkembangannya,
maka aphids akan mudah sekali berpindah dari tempat satu ke tempat lain.
Apabila dari suatu tempat terdapat sumber inokulum virus, maka sangat mudah
bagi virus tersebut berpindah ke tanaman lain yang lebih sehat. Tanaman yang
diserang oleh kutu daun , daunnya akan mengeriting karena cairan dalam daun
dihisap oleh hama ini. Pada serangan hebat akan menyebabkan pertumbuhan tanaman
mengerdil. Hama ini juga merupakan vektor (pembawa) penyakit virus. Hama dapat
mengeluarkan kotoran “embun madu`, sehingga kadang pada tanaman yang terdapat
banyak kutu ini akan ditemui semut-semut yang akan memamfaatkan kotorannya.
Embun madu yang dapat menjadi media tumbuhnya jamur jelaga yang dapat menutupi
daun dalam proses fotosintesa. Kutu daun termasuk dalam famili Aphididae ordo
Homoptera, serangga ini bertubuh lunak, berukuran 4-8 mm. Kelompok Aphids
biasanya berkoloni di bawah permukaan daun atau sela-sela daun, hama ini
mengekskresikan embun madu, adanya embun madu yang dikeluarkan kutu daun dapat
dilihat dengan terdapatnya semut atau embun jelaga yang berwarna hitam.
Munculnya embun jelaga ini menyebabkan permukaan daun tertutupi sehingga akan
menghambat proses fotosintesis. Aphids menyerang tanaman Cabe, Paprika, Timun,
Semangka, Melon, Kubis, Terong dan Kailan.
Cara
pengendalian
·
Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi
cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya
persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah),
pengaturan jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan pada kanopi tunas seluas
0,25 m2. Hitung serangga dewasa yang ada setiap 2 minggu.
·
Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan
kebun/ sanitasi terhadap gulma atau dengan menggunakan mulsa jerami di bedengan
pembibitan jeruk, serta membunuh langsung serangga yang di-temukan.
·
Pengendalian biologi, dengan memanfaatkan musuh alami predator
dari famili Syrphidae, Menochillus sp., Scymnus sp. (Coccinelidae),
Crysophidae, Lycosidae dan parasitoid Aphytis sp.
·
Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida selektif
dan efektif sesuai rekomendasi, dilakukan secara spot spray pada tunas bila
tunas terserang 25 %. Misalnya Lannate 25 WP, Razor 360 SC
3.
Tungau (Tetranynichus spp)
- Hama ini menyebabkan permukaan daun berbintik cokelat
kehitaman serta daun akan berlubang dan layu, Cara pengendalian hama ini
umumnya dilakukan dengan sanitasi lahan, melakukan perendaman benih dengan
larutan sebelum tanam serta penjarangan tanaman. Selain itu bisa juga
dengan cara kimiawi yaiu dengan cara melakukan penyemprotan dengan
insektisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
4.
Ulat Buah (Helicoverpa armigera hubn)
- Hama ini menyerang buah baik itu muda atau tua yang
mengakibatkan buah akan berlubang lalu busuk dibagian dalamnya.
Pengendalian dengan cara manual yaitu dengan membuang buah yang terserang
dan melakukan sanitasi lahan dengan baik atau bisa juga dengan cara
kimiawi yaitu dengan melakukan penyemprotan buah dengan insektisida sesuai
dengan dosis yang dianjurkan.
5.
Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufn), Hama ini menyerang
tanaman muda atau tanaman dalam proses pembenihan, hama ini menyebabkan tanaman
membusuk lalu mati. Pengendalian
Hama ini dapat dikendalikan dengan cara manual yaitu dengan penggunaan benih
yang berkualitas dan tahan terhadap hama serta melakukan sanitasi lahan dengan
baik atau bisa juga dengan cara kimiawi yaitu dengan menyemprotkan insektisida
sesuai dengan anjuran.
6.
Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
Hama
ini menyerang daun yang muda ataupun tua, biasanya daun yang terserang akan
berlubang dan bentukya tidak beraturan. Cara Pengendalian hama ini
dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mengambil ulat lalu dimusnakan
dan juga melakukan sanitasi lahan dengan baik atau bisa juga dengan cara
kimiawi yaitu dengan cara melakukan penyemprotan insektisida sesuai dengan
dosis yang dianjurkan.
7.
Kutu Kebul
Hama
ini dapat menyebabkan daun mengkerut, keriting dan tanaman akan menjadi
kerdil. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara
melakukan rotasi tanaman, melakukan penyiangan gulma dan juga tanaman inang
serta melakukan penyemprotan akarisida.
Penyakit Tanaman Terong
1.
Bercak Daun
Penyakit
ini disebabkan oleh cendawan Cercospora sp. Tanaman yang terserang penyakit ini
akan memiliki bercak cokelat kehitaman pada permukaan daun sehingga dau layu
dan kering. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan
cara manual yaitu dengan penggunaan benih yang berkualitas dan juga melakukan
sanitasi lahan dengan baik. Selain itu bisa juga dengan cara kimiawi yaitu
dengan melakukan penyemprotan fungisida sesuai dengan dosis.
2.
Busuk Buah.
Penyakit
busuk buah disebabkan oleh cendawan Phytophtora sp. Buah yang terseranmg
penyakit ini akan memiliki bercak berwarna cokelat kehitaman lalu buah akan
busuk dan mudah jatuh. Pengendalian penyakit ini dapat
dilakukan dengan cara manual yaitu dengan cara memetik lalu membuang buah yang
busuk atau bisa juga dengan cara kimiawi yaitu dengan cara melakukan
penyemprotan fungisida sesuai dengan anjuran.
3.
Antraknosa
Penyakit ini
disebabkan oleh cendawan Gloesporium melongena. Permukaan daun tanaman yang
terserang penyakit ini akan memiliki bercak coklat kehitaman, daun keriting dan
menggulung. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan
dengan cara manual yaitu dengan cara melakukan sanitasi lahan, menggunakan
benih yang tahan penyakit dan melakukan penjarangan tanaman atau bisa dengan
cara kimiawi yaitu dengan cara melakukan penyemprotan fungisida sesuai dengan
dosis yang dianjurkan.
4.
Rebah Semai
Penyakit
ini disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani dan Phthium spp. Penyakit ini
menyeran tanaman saat pembibitan atau persemaian, tanaman yang terserang akan
menguning, layu lalu mati. Pengendalian hama ini dapat
dilakukan dengan cara manual yaitu dengan melakukan sanitasi lahan dan juga
penggunaan benih yang berkualitas atau bisa juga dengan cara kimiawi yaitu
dengan cara melakukan penyemprotan dengan menggunakan fungisida yang sesuai
dengan dosis yang berlaku.
5.
Layu Bakteri
Penyakit
ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Penyakit ini membuat
tanaman layu dan mati. Pengendalian penyakit ini dapat
dilakukan dengan cara melakukan sanitasi lahan atau juga dengan melakukan
penyemprotan bakterisida sesuai dengan anjuran.
OLEH : Rety Apriani