Senin, 10 Oktober 2022

MENGENAL HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TERONG SERTA CARA PENGENDALIANNYA

 


Terong (Solanum melongena L.), merupakan salah satu dari sepuluh tanaman sayuran penting di dunia. Terong mudah beradaptasi pada keadaan curah hujan dan temperatur tinggi serta merupakan salah satu tanaman yang dapat berproduksi tinggi pada lingkungan basah dan panas. Tanaman terong mengandung nutrisi seperti serat, asam askorbit, Vitamin K, Vitamin B6, asam pantotenik, potasium, besi, mangan, pospor, dan tembaga. Nutrisi yang terdapat pada terong mempunyai kontribusi sebagai makanan tambahan terutama pada saat ketersediaan sayuran lain terbatas.

Kendala utama dalam meningkatkan produksi tanaman terong di daerah tropis adalah serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit ini berperan langsung maupun tidak langsung pada pertanaman terong sehingga menurunkan produksi. Hama utama yang menyerang tanaman terong yaitu penggerek pucuk dan buah terong, wereng daun, kutu putih (whitefly), trips, aphid, kumbang lembing, penggerek batang, dan tungau merah.

Dalam melakukan budidaya tanam terong baik terong ungu, terong lalap, terong belanda, terong putih ataupun terong hijau pastilah akan ada kendala yang dialami, salah satunya serangan hama dan penyakit. Serangan hama penyakit tersebut dapat menimbulkan hal yang merugikan seperti pertumbuhan lambat, produktivitas menurun dan gagal panen bahkan tanaman mengalami kematian. Nah kali ini kita akan membahas tentang hama dan penyakit yang menyerang tanaman terong beserta cara pengendaliannya, berikut penjelasan lengkapnya:

1.    Kumbang Daun (epilachna spp.)

Hama ini membuat permukaan daun tidak rata, ada lubang dan memiliki warna kuning serta layu. Kumbang pemakan daun Epilachna sp. merupakan hama yang dominan pada tanaman terung fase vegetatif dan fase generatif. Imago kumbang ini berwarna jingga kusam dengan bintik-bintik hitam pada elitranya dan panjang tubuhnya berkisar antara 5-8 mm. Larvanya berwarna kuning dan terdapat seta yang terl;ihat seperti duri pada bagian tubuhnya. Baik larva maupun imago merusak tanaman dengan memakan lapisan epidermis di bawah daun tetapi bagian atas daun tetap utuh. Sehingga daun yang terserang tinggal kerangka dan menjadi kering seperti jaring. Kumbang Epilacna sp. aktif makan terutama pada pagi hari sedangkan pada siang hari aktivitas makannya menurun, pada sore hari kembali aktif makan dan kemudian menjelang malam aktifitas makannya menurun lagi. Pada tanaman terung fase vegetatif populasi kumbang Epilachna sp. meningkat pada bulan Desember. Peningkatan ini dipengaruhi oleh umur tanaman, kumbang Epilachna sp. lebih menyukai tanaman muda sebelum berbunga. Sedangkan pada fase generatif populasi kumbang Epilachna sp. cenderung mengalami penurunan memasuki bulan November. Hal ini disebabkan karena hujan yang turun secara terus-menerus dan umur tanaman yang semakin tua. Pada bulan Desember tanaman terung fase generatif tidak ada lagi karena telah mencapai akhir usia tanaman.

Pengendalian :
Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara manual dengan cara mengambil kumbang tersebut lalu dimusnahkan atau bisa juga dengan cara kimiawi yaitu dengan melakukan penyemprotan insektisida sesuai dosis yang ditentukan.

2.    Kutu daun (Aphis spp). Hama ini menyerang tanaman terong pada bagian daun yang masih muda sehingga daun akan rusak, tidak beraturan dan daun akan kering dan mati. Ciri Ciri kutu Daun

Morfologi/Bioekologi

Secara umum kutu berukuran kecil, antara 1 – 6 mm, tubuhnya lunak, berbentuk seperti buah pir, mobilitasnya rendah dan biasanya hidup secara berkoloni. Kutu daun kapas Aphis gossypii Glover (Homoptera: Aphididae) merupakan salah satu hama yang menyerang daun muda dan pucuk tanaman , terutama pada tanaman musim kemarau. Serangga ini bersifat polifag dan kosmopolitan, menyerang dengan cara menusuk dan mengisap cairan sel-sel epidermis dan mesofil daun dengan menggunakan stiletnya. Nimfa berukuran kecil, berwarna hijau kekuning-kuningan, stadium nimfa berlangsung selama 6 sampai 7 hari A. gossypii berkembangbiak secara parthenogenesis yaitu melahirkan anak yang telah berkembang di tubuh induknya sebelum dilahirkan. Nimfa yang telah menjadi imago akan siap beranak setelah berumur 4 – 5 hari (Kalshoven, 1981). Dalam keadaan iklim dingin, sebagian besar serangga aphids berkembang biak secara tidak kawin (dengan menghasilkan nimfa). Nimfa tersebut akan berubah secara bertahap menjadi serangga dewasa dalam ideal waktu kurang lebih 8 – 10 minggu. Kondisi alam dengan suhu yang dingin dan kelembaban tinggi menyebabkan perubahan nimfa menjadi aphids dewasa membutuhkan waktu lebih lama. Mulai dari nimfa tahap pertama hingga keempat, bentuknya nyaris sama. Dan setelah memasuki bentuk nimfa tahap empat itulah nimfa pradewasa akan berubah menjadi serangga dewasa yang bersayap maupun tanpa sayap. Serangga dewasa ini akan berkembangbiak kembali (reproduksi) dalam waktu kurang lebih 2 – 3 hari kemudian. Di Australia, sebagian besar aphids adalah betina. Karena dia bisa berkembang biak secara tidak kawin, maka untuk dapat memiliki keturunan, mereka tidak memerlukan pasangan sehingga daur hidupnya pun sangat singkat. Selama hidupnya aphids betina mampu menghasilkan ribuan aphids baru yakni hanya dalam waktu 4 – 6 minggu saja. Seiring dengan perkembangannya, maka aphids akan mudah sekali berpindah dari tempat satu ke tempat lain. Apabila dari suatu tempat terdapat sumber inokulum virus, maka sangat mudah bagi virus tersebut berpindah ke tanaman lain yang lebih sehat. Tanaman yang diserang oleh kutu daun , daunnya akan mengeriting karena cairan dalam daun dihisap oleh hama ini. Pada serangan hebat akan menyebabkan pertumbuhan tanaman mengerdil. Hama ini juga merupakan vektor (pembawa) penyakit virus. Hama dapat mengeluarkan kotoran “embun madu`, sehingga kadang pada tanaman yang terdapat banyak kutu ini akan ditemui semut-semut yang akan memamfaatkan kotorannya. Embun madu yang dapat menjadi media tumbuhnya jamur jelaga yang dapat menutupi daun dalam proses fotosintesa. Kutu daun termasuk dalam famili Aphididae ordo Homoptera, serangga ini bertubuh lunak, berukuran 4-8 mm. Kelompok Aphids biasanya berkoloni di bawah permukaan daun atau sela-sela daun, hama ini mengekskresikan embun madu, adanya embun madu yang dikeluarkan kutu daun dapat dilihat dengan terdapatnya semut atau embun jelaga yang berwarna hitam. Munculnya embun jelaga ini menyebabkan permukaan daun tertutupi sehingga akan menghambat proses fotosintesis. Aphids menyerang tanaman Cabe, Paprika, Timun, Semangka, Melon, Kubis, Terong dan Kailan.

Cara pengendalian

·         Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan pada kanopi tunas seluas 0,25 m2. Hitung serangga dewasa yang ada setiap 2 minggu.

·         Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan kebun/ sanitasi terhadap gulma atau dengan menggunakan mulsa jerami di bedengan pembibitan jeruk, serta membunuh langsung serangga yang di-temukan.

·         Pengendalian biologi, dengan memanfaatkan musuh alami predator dari famili Syrphidae, Menochillus sp., Scymnus sp. (Coccinelidae), Crysophidae, Lycosidae dan parasitoid Aphytis sp.

·         Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida selektif dan efektif sesuai rekomendasi, dilakukan secara spot spray pada tunas bila tunas terserang 25 %. Misalnya Lannate 25 WP, Razor 360 SC

3.    Tungau (Tetranynichus spp)

  • Hama ini menyebabkan permukaan daun berbintik cokelat kehitaman serta daun akan berlubang dan layu, Cara pengendalian hama ini umumnya dilakukan dengan sanitasi lahan, melakukan perendaman benih dengan larutan sebelum tanam serta penjarangan tanaman. Selain itu bisa juga dengan cara kimiawi yaiu dengan cara melakukan penyemprotan dengan insektisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

4.    Ulat Buah (Helicoverpa armigera hubn)

  • Hama ini menyerang buah baik itu muda atau tua yang mengakibatkan buah akan berlubang lalu busuk dibagian dalamnya. Pengendalian dengan cara manual yaitu dengan membuang buah yang terserang dan melakukan sanitasi lahan dengan baik atau bisa juga dengan cara kimiawi yaitu dengan melakukan penyemprotan buah dengan insektisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
5.    Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufn), Hama ini menyerang tanaman muda atau tanaman dalam proses pembenihan, hama ini menyebabkan tanaman membusuk lalu mati. Pengendalian

Hama ini dapat dikendalikan dengan cara manual yaitu dengan penggunaan benih yang berkualitas dan tahan terhadap hama serta melakukan sanitasi lahan dengan baik atau bisa juga dengan cara kimiawi yaitu dengan menyemprotkan insektisida sesuai dengan anjuran.

6.    Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

Hama ini menyerang daun yang muda ataupun tua, biasanya daun yang terserang akan berlubang dan bentukya tidak beraturan. Cara Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mengambil ulat lalu dimusnakan dan juga melakukan sanitasi lahan dengan baik atau bisa juga dengan cara kimiawi yaitu dengan cara melakukan penyemprotan insektisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

7.    Kutu Kebul

Hama ini dapat menyebabkan daun mengkerut, keriting dan tanaman akan menjadi kerdil. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan rotasi tanaman, melakukan penyiangan gulma dan juga tanaman inang serta melakukan penyemprotan akarisida.

Penyakit Tanaman Terong

1.    Bercak Daun

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Cercospora sp. Tanaman yang terserang penyakit ini akan memiliki bercak cokelat kehitaman pada permukaan daun sehingga dau layu dan kering. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan penggunaan benih yang berkualitas dan juga melakukan sanitasi lahan dengan baik. Selain itu bisa juga dengan cara kimiawi yaitu dengan melakukan penyemprotan fungisida sesuai dengan dosis.

2.    Busuk Buah.

Penyakit busuk buah disebabkan oleh cendawan Phytophtora sp. Buah yang terseranmg penyakit ini akan memiliki bercak berwarna cokelat kehitaman lalu buah akan busuk dan mudah jatuh. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan cara memetik lalu membuang buah yang busuk atau bisa juga dengan cara kimiawi yaitu dengan cara melakukan penyemprotan fungisida sesuai dengan anjuran.

3.    Antraknosa
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Gloesporium melongena. Permukaan daun tanaman yang terserang penyakit ini akan memiliki bercak coklat kehitaman, daun keriting dan menggulung. Pengendalian penyakit  ini dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan cara melakukan sanitasi lahan, menggunakan benih yang tahan penyakit dan melakukan penjarangan tanaman atau bisa dengan cara kimiawi yaitu dengan cara melakukan penyemprotan fungisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

4.    Rebah Semai

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani dan Phthium spp. Penyakit ini menyeran tanaman saat pembibitan atau persemaian, tanaman yang terserang akan menguning, layu lalu mati. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan melakukan sanitasi lahan dan juga penggunaan benih yang berkualitas atau bisa juga dengan cara kimiawi yaitu dengan cara melakukan penyemprotan dengan menggunakan fungisida yang sesuai dengan dosis yang berlaku.

5.    Layu Bakteri

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Penyakit ini membuat tanaman layu dan mati. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara melakukan sanitasi lahan atau juga dengan melakukan penyemprotan bakterisida sesuai dengan anjuran.

 

OLEH : Rety Apriani



 

0 komentar:

Posting Komentar

PEMANFAATAN SARANA DIGITAL BPP BENTENG BONTOHARU SEBAGAI MEDIA PENYULUHAN

  Perkembangan teknologi di era digitalisasi 4.0 menuntut penyuluh pertanian untuk memiliki kemampuan Internet of Things (IOT), Teknologi 3D...