Potensi pekarangan
sebagai sumber pemenuhan gizi keluarga cukup besar. Luas pekarangan rata - rata 1 – 4 are di perdesaan diharapkan mampu
mewujudkan kemandirian pangan dalam rumah tangga. Namun tidak demikian halnya
dengan lingkungan perkotaan atau daerah dengan penduduk padat. Berbagai kendala
yang ditemui dalam pengelolaan pekarangan antara lain sempitnya pekarangan dan karakteristik
sosial ekonomi masyarakat bukan petani.
Anggapan bahwa
pekarangan yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya tanaman adalah pekarangan
yang luas, cukup untuk membuat bedengan. Sedangkan pekarangan yang sempit masih
jarang dimanfaatkan dan sebatas ditanami rumput atau tanaman hias saja. Padahal
dengan teknologi yang sederhana masyarakat dapat menanami pekarangan mereka
dengan berbagai jenis tanaman termasuk tanaman konsumsi. Selain itu sistem
pengelolaan tanaman komoditas sayuran khususnya, masih menggunakan tanah sebagai
media tanam dan teknik pengairan yang masih sederhana. Hal ini merupakan
kendala jika lahan pekarangan tidak mempunyai tanah sebagai media tanam dan
waktu terbatas bagi warga untuk memelihara tanaman karena kesibukan bekerja.
Untuk mengatasi permasalahan
tersebut diperlukan sistem budidaya hidroponik. Hidroponik merupakan sistem
budidaya yang menggunakan media tanam selain tanah.
Tanaman hidroponik
bisa dilakukan secara kecil-kecilan di rumah sebagai suatu hobi ataupun secara
besar-besaran dengan tujuan komersial. Budididaya tanaman ini tidak memerlukan
lahan yang luas, bisa juga dilakukan di pekarangan atau di teras rumah.
Perawatan hidroponik ini sangat mudah, karena tumbuhan, tanaman atau
sayur-sayuran dapat tumbuh dengan mudah tanpa menggunakan tanah, hanya dengan
talang air, botol-botol kemasan yang sudah tidak terpakai dan juga bisa
memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak diperlukan seperti ember, baskom dan
sebagainya. Hidroponik bisa mengasah kreativitas untuk mengolah dan menciptakan
media baru untuk bercocok tanam,
Sistem
Hidroponik
Sistem dari tanaman hidroponik ini adalah
sebagai berikut:(1)Memberikan
bahan makanan dalam larutan mineral atau nutrisi
yang diperlukan tanaman dengan cara siram atau diteteskan.(2) Melalui teknik ini
dapat dipelihara lebih banyak tanaman dalam satuan ruang yang lebih sempit. Bahkan,
tanpa media tanah dapat dipelihara sejumlah tanaman lebih produktif. (3) Sistem
dari tanaman hidroponik ini harus bebas pestisida
sehingga tidak ada serangan hama danpenyakit. (4)Aeroponik adalah modifikasi
hidroponik terbaru, tanaman diletakkan diatas Styrofoam hingga akarnya menggantung.
Keuntungan Sistem Hidroponik
(1)Keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi
lebih terjamin. (2)Perawatan lebih praktis dan gangguan hama lebih terkontrol.(3)
Pemakaian pupuk lebih hemat (efisien).(4)Tanaman yang mati lebih mudah diganti
dengan tanaman yang baru . (5) Tidak membutuhkan banyak tenaga
kasar karena metode kerja lebih hemat dan
memiliki standarisasi.(6)Tanaman dapat tumbuh lebih pesat dan dengan keadaan
yang tidak kotor dan rusak.(7) Hasil produksi
lebih continue dan lebih tinggi
di banding dengan penanama ditanah. (8)Harga
jual hidroponik lebih tinggi dari produk non-hydroponic.(9)Beberapa jenis tanaman
dapat dibudidayakan di luar musim.(10)Tidak ada resiko kebanjiran,erosi, kekeringan,
atau ketergantungan dengan kondisi
alam.(11) Tanaman hidroponik dapat dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas,
misalnya di atap, dapur atau garasi.
Berdasarkan media
tanam yang digunakan, maka hidroponik dapat dilakukan dalam tiga sistem, yaitu
sistem kultur air, sistem kultur pasir dan sistem kultur bahan porous (kerikil,
pecahan genting, gabus putih dan lain-lain. Sistem kultur air adalah hiroponik sesungguhnya.
Air yang mengandung nutrisi diberikan melalui pancaran di daerah perakaran tanaman
tanpa bahan penahan air.
Sedangkan sistem
kultur pasir dan bahan porous adalah pengembangan dari kultur air. Pada
dasarnya sistem kultur pasir dan kultur bahan porous adalah sama, karena pada
prinsipnya fungsi media tanam ini adalah sebagai bahan penopang berdirinya
tanaman sekaligus mengalirkan
makanan dalam jumlah yang dibutuhkan. Bahan porous
merupakan agregat yang sangat baik untuk mengalirkan sejumlah air yang
berlebih.
Berdasarkan cara
pengairan, ada beberapa system hidroponik yang dikenal yaitu hidroponik system Wick,
Aqua kultur, Ebb dan Aliran, tetes (drip
irigation), Film Teknik Hara (Nutrient
Film Technique/NFT), dan aerophonik.
Pada kesempatan ini, yang akan di bahas
adalah system hidroponik berdasarkan cara pengairan, yaitu system NFT (Nutrient Film Technique) dan Wick Sistem
A. Hydroponic
NFT(Nutrient Film Technique)
NTF merupakan model
budidaya dengan meletakkan akar tanaman pada lapisan air yang dangkal. Air
tersebut tersikulasi dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran
dapat berkembang didalam larutan nutrisi, karena disekitar perakaran terdapat
selapis larutan nutrisi maka sistem dikenal dengan nama NFT. Kelebihan air akan
mengurangi jumlah oksigen, oleh sebab itu lapisan nutrisi dalam system NFT
dibuat maksimal tinggi larutan 3 mm, sehingga kebutuhan air (nutrisi) dan
oksigen dapat terpenuhi.
Media hidroponik ini
dapat juga menggunakan bak – bak atau pipa bekas. Jika menggunakan pipa, maka
pipa tersebut harus disambung–sambung hingga berbeda pola yang mana dari pola
tersebut nantinya dapat berdiri tegak. Sebagai tempat untuk memasukkan benih,
dibagian atas pipa yakni yang nantinya menjadi tempat tumbuhnya benih harus
dilubangi dengan diameter sekitar 4 cm. pipa–pipa yang saling tersambung
tersebut di bagian ujung paling bawah diarahkan ke dalam bak penampung air
OLEH : RETY APRIANI R.GAUK
0 komentar:
Posting Komentar