Pakan merupakan salah
satu faktor terpenting, dalam semua usaha peternakan, baik ternak ruminansia
maupun ternak unggas. Besarnya pengaruh pakan terhadap produksi
menyebabkan biaya yang dikeluarkan untuk pakanpun tidak bisa dianggap
ringan. Sekitar 60 – 80 % dari keseluruhan biaya produksi ditentukan oleh
faktor biaya pakan (Djanah, 1985). Efisiensi terhadap pengolahan pakan
mempunyai arti yang sangat penting guna menekan biaya pakan. Salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengganti bahan pakan yang relatif
mahal dengan bahan yang relatif murah namun tetap memperhatikan nilai gizi dan
ketersediaan bahan pengganti.
Suplai bahan baku
pakan ternak sebagian besar masih tergantung dari bahan impor, seperti jagung
kuning, bungkil kedelai, pollard, tepung ikan dan bahan lainnya.
Permasalahan yang sering muncul adalah bila terjadi gejolak harga terhadap
bahan baku tersebut. Ketergantungan bahan baku pakan impor sebetulnya
tidak perlu terjadi bila pengadaan bahan pakan secara nasional bisa
diatasi. Hal tersebut bisa disiasati dengan penyediaan bahan baku pakan
lokal atau menggantikan sebagian bahan baku pakan tersebut dengan bahan
substitusi (alternatif) yang ketersediaannya cukup memadai di beberapa daerah
di Indonesia (Alamsyah R, 2005). Selain itu, bahan baku pakan atau pakan
yang diberikan kepada ternak haruslah terjamin mutu dan keamanannya (feed
savety), begitu pula cara pembuatannya juga harus sesuai dengan kebutuhan
ternak. Hal tersebut bertujuan agar pakan yang dikonsumsi ternak tidak
berbahaya dan tidak merugikan ternak, sehingga dapat merugikan peternak itu
sendiri.
KEBUTUHAN PAKAN TERNAK
Keberhasilan usaha
peternakan ditentukan oleh kondisi pakan yang diberikan kepada ternak.
Pakan yang diberikan bukan hanya untuk mengatasi rasa lapar tetapi juga harus
benar-benar bermanfaat untuk kebutuhan hidup, membentuk sel-sel baru,
menggantikan sel-sel yang telah rusak, dan untuk berproduksi.
Menurut Widayati dan
Widalestari (1996), pakan ternak dapat digolongkan menurut asal, fungsi dan
bentuk fisiknya.
1.
Menurut asalnya, pakan ternak dapat dibagi menjadi dua kelompok
yaitu, pakan yang berasal dari hewan dan pakan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan.
2.
Menurut fungsinya, pakan ternak dapat digolongkan menjadi
delapan kelompok, yaitu : hijauan kering, hijauan segar atau pasture, silase,
pakan sumber energy, pakan sumber protein, pakan sumber mineral, pakan sumber
vitamin, dan pakan tambahan.
3.
Menurut bentuk fisiknya, pakan ternak dapat digolongkan menjadi
tiga, yaitu makanan berbutir, makanan berbentuk tepung, dan makanan berbentuk
cairan.
Dalam memilih bahan
pakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :
- Mengandung zat gizi / nutrisi yang dibutuhkan ternak
- Mudah diperoleh dan sedapat mungkin terdapat didaerah sekitar
sehingga tidak menimbulkan masalah ongkos transportasi dan kesulitan
mencarinya.
- Terjamin ketersediaannya sepanjang waktu dan dalam jumlah yang
cukup.
- Disukai oleh ternak.
- Harga bahan pakan terjangkau.
- Bahan pakan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia.
- Tidak mengandung racun dan tidak dipalsukan.
Pakan dalam melakukan
usaha budidaya ternak, merupakan salah satu sarana produksi yang amat penting
dan sangat strategis, karena kecukupan dan mutunya yang secara langsung
berkorelasi dengan performan ternak. Keterbatasan pakan dapat menyebabkan
daya tampung ternak pada suatu daerah menurun atau dapat menyebabkan gangguan
produksi dan reproduksi. Hal ini dapat diatasi bila potensi
pertanian/industri maupun limbahnya dapat dioptimalkan penggunaannya sebagai
bahan pakan ternak. Penggunaan bahan pakan alternatif sebaiknya
mempertimbangkan beberapa hal, antara lain bahan pakan tersebut tersedia dalam
satu tempat dalam jumlah yang banyak, sehingga untuk memperolehnya tidak
membutuhkan biaya yang besar.
Limbah adalah sisa
atau hasil ikutan dari produk utama limbah. Limbah pertanian adalah
bagian tanaman pertanian diatas tanah atau bagian pucuk, batang yang tersisa
setelah dipanen atau diambil hasil utamanya dan merupakan pakan alternatif yang
digunakan sebagai pakan ternak (Yani, 2011). Berbagai hasil ikutan
pertanian dapat dijadikan sebagai sumber bahan pakan baru baik untuk ternak
ruminansia maupun ternak unggas. Sumber limbah pertanian diperoleh dari
komoditi tanaman pangan, dan ketersediaanya dipengaruhi oleh pola tanam dan
luas areal panen dari tanaman pangan di suatu wilayah. Jenis limbah
pertanian sebagai sumber pakan antara lain : limbah tanaman padi, tanaman
jagung, tanaman kedelai, tanaman kacang tanah, tanaman ubi kayu, tanaman ubi
jalar, dll.
Padi (beras) merupakan
salah satu makanan pokok di Indonesia. Pemanfaatan padi sebagai pakan
ternak terutama ternak unggas sangat bersaing dengan kebutuhan manusia. Akan
tetapi limbah dari tanaman padi sangat berpotensi untuk dijadikan pakan ternak.
Limbah tersebut berupa jerami, dedak, dan bekatul.
a.
Jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak
ruminansia. Penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak telah umum
dilakukan di daerah tropik, terutama sebagai makanan ternak pada musim
kemarau. Jumlah jerami yang dihasilkan dalam satu hektar padi sawah
adalah sebanyak 1,44 kali dari jumlah hasil panennya (Kim and Dale, 2004
dalam http://agroteknomandiri.blogspot.com/2012).
Dengan mengetahui jumlah jerami yang dihasilkan maka dapat diketahui juga daya
tampung ternak dalam satu hektar sawah dalam satu tahun. Sebagai contoh
perhitungannya adalah sebagai berikut :
·
Produksi padi sawah tadah hujan/rawa dengan asumsi panen 1 kali
dalam satu tahun dengan hasil rata-rata sebanyak 4 ton/ha, maka jumlah jerami
yang dihasilkan sebanyak = 1,44 x 4 = 5,76 ton/ha.
·
Jika konsumsi ternak per hari sebanyak 8 kg/ekor/hari maka
konsumsi ternak perekor/tahunnya adalah sebanyak 1 tahun =8 kg x 365
hari=2920 kg/tahun
·
Maka tiap hektar = 5760 kg/ha : 2920 kg/tahun = 1,97
dibulatkan menjadi 2 ekor ternak/ha/tahun.
Bila dilihat dari daya
tampung ternak maka potensi jerami padi sebagai pakan ternak dapat diterapkan
di Kabupaten Bangka Barat. Selain potensi ketersedian bahan bakunya
penggunaan jerami padi sebagai makanan ternak mengalami kendala terutama
disebabkan adanya faktor pembatas dengan nilai nutrisi yang rendah yaitu
kandungan protein rendah, serat kasar tinggi, serta kecernaan rendah.
Untuk mengatasi hal tersebut maka pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak
ruminansia perlu diefektifkan, yaitu dengan dilakukan dengan cara penambahan
suplemen atau bahan tambahan lain agar kelengkapan nilai nutrisinya dapat
memenuhi kebutuhan hidup ternak secara lengkap sekaligus meningkatkan daya
cerna pakan (Rahadi. S, 2008).
b.
Dedak dan bekatul sebagai limbah dari penggilingan padi, dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas dan ternak ruminansia. Banyaknya
dedak yang dihasilkan tergantung pada cara pengolahan. Dedak kasar dapat
dihasilkan sebanyak 14,44%, dedak halus sebanyak 26,99%, bekatul sebanyak 3%
dan 1-17% menir dari berat gabah kering (Laporan Akhir Pengembangan Teknologi
Pakan Ternak di Kabupaten Bangka Barat, 2014). Di Kabupaten Bangka Barat,
berdasarkan hasil analisa laboratorium Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi
Pakan (2014), kandungan protein kasar dalam dedak padi merah cukup tinggi,
yaitu sebesar 11,57%. Sedangkan kandungan serat kasarnya cukup tinggi
yaitu sebesar 14,78%. Untuk dedak padi putih kandungan protein kasarnya
sebesar 7,41%, sedangkan serat kasarnya sangat tinggi yaitu sebesar
29,86%. Tingginya kandungan serat kasar tersebut merupakan penyebab
terbatasnya penggunaan dedak dalam ransum ternak, terutama ternak unggas.
2.
Tanaman Jagung
Setelah produk
utamanya dipanen hasil ikutan tanaman jagung dapat dijadikan sebagai pakan
ternak ruminansia, yaitu berupa jerami, klobot dan tongkol jagung baik sebelum
atau sesudah melalui proses pengolahan.Jumlah produk ikutan jagung dapat
diperoleh dari satuan luas tanaman jagung antara 2,5-3,4 ton bahan kering per
hektar yang mampu menyediakan bahan baku sumber serat/pengganti hijauan untuk 1
satuan ternak (bobot hidup setara 250 kg dengan konsumsi pakan kering 3% bobot
hidup) dalam setahun (http://agroteknomandiri.blogspot.com/2012).
3.
Tanaman Ubi Kayu
Tanaman ubi kayu
(Cassava) merupakan makanan pokok nomor tiga setelah padi dan jagung di
Indonesia.Tanaman ini merupakan tanaman tropis yang potensial dan sangat
penting sebagai pakan ternak sumber energi (umbi) dan protein (daun) dalam
jumlah besar.Limbah tanaman ubi kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan
ternak terbagi menjadi 2 bagian, yaitu : 1). Berasal dari lahan pertanian,
berupa daun ubi kayu setelah masa panen. Produksi biomass hijauan ubikayu
terdiri atas daun, tangkai daun dan batang.Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wanapat et al. (2002) dalam Sirait J dan K. Simanihuruk, 2010)
menunjukkan produksi daun merupakan proporsi tertinggi, yakni sebesar 61,6 %
pada pemanenan yang dilakukan saat tanaman berumur 4 bulan dengan tinggi
pemotongan sekitar 40 cm diatas permukaan tanah dari total produksi bahan
kering sebesar 1.434 kg/ha. 2). Berasal dari pabrik pengolahan ubi kayu menjadi
tepung tapioka atau industri makanan berupa kulit ubi kayu, potongan-potongan
yang tidak bisa masuk ke mesin penggiling dan onggok.Akan tetapi penggunaan
umbi dan daun ubi kayu dalam ransum ternak cukup terbatas dikarenakan adanya
faktor pembatas berupa racun asam sianida (HCN).Beberapa proses pengolahan yang
dapat dilakukan untuk menurunkan kadar HCN dalam ubi kayu adalah pengeringan,
perendaman, perebusan, fermentasi dan kombinasi proses-proses ini.Sedangkan
untuk daunnya, kandungan HCN dapat diturunkan dengan pengeringan, perebusan
atau penambahan metionin atau senyawa lain yang mengandung sulfur. Penggunaan
ubi kayu dalam ransum ternak unggas sebesar 5-10% dan untuk ternak ruminansia
sebesar 40-90% (Laporan Akhir Kegiatan Pengembangan Teknologi Pakan Ternak,
2014).
Limbah dari tanaman
ubi kayu yang merupakan hasil sampingan dari industri tapioka adalah
onggok.Onggok memiliki nilai gizi sedikit lebih rendah dari ubi kayu, akan
tetapi mempunyai kandungan BETN yang relatif tinggi sehingga dapat digunakan
sebagai bahan baku pakan sumber energi bagi ternak.
4.
Tanaman Lainnya
Menurut Widayati dan
Widalestari (1996), limbah pertanian lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai
pakan pendukung untuk ternak terutama ternak ruminansia antara lain kulit buah
nanas, bungkil kacang tanah, pucuk tebu, jerami kedele, jerami ketela rambat,
jerami kacang tanah serta limbah berupa sayur-sayuran yang sudah tidak
termanfaatkan untuk manusia.
Limbah-limbah
pertanian tersebut rata-rata memiliki kandungan serat kasar yang tinggi, namun
ketersediaannya cukup melimpah dialam sehingga perlu adanya pemanfaatan yang
lebih lanjut dengan sentuhan teknologi yang dapat mengubah bahan baku tersebut
menjadi pakan bergizi dan sumber energi bagi ternak sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pakan terutama ternak ruminansia.
DAFTAR BACAAN
Alamsyah, R. 2005. Pengolahan
Pakan Ayam dan Ikan Secara Modern. Penebar Swadaya. Bogor
Djanah D.1985. Beternak Ayam dan
Itik. CV. Yasaguna. Jakarta.
Http://agroteknomandiri.blogspot.com/2012.
Berapa Ton Jerami dalam 1 Hektar.
Laporan Hasil Analisa Balai Pengujian Mutu dan
Sertifikasi Pakan. 2014.
Bekasi.
Rahadi S. 2008. Pembuatan
Amoniasi Urea Jerami Padi. Sulawesia Selatan.
Wanapat et al. 2002 Dalam Sirait J
dan K. Simanihuruk. 2010. Potensi dan Pemanfaatan Daun
Ubikayu dan Ubi jalar sebagai Sumber Pakan Ternak Ruminansia Kecil.
Loka Penelitian Kambing Potong. Sumatera Utara.
Widayati E dan Widalestari Y.
1996. Limbah untuk Pakan Ternak. Trubus
Agrisarana. Surabaya.
Yani Y. Desember 2011. Pemanfaatan
Limbah Pertanian sebagai Pakan Ternak Ruminansia.
pertanian293.blogspot.com.
OLEH :
DATULANGI, S.ST |
NIP: 197904112011011005| Jabatan: Penyuluh Pertanain Madya
Sumber :
https://portal.bangkabaratkab.go.id/content/pemanfaatan-limbah-pertanian-sebagai-pakan-ternak
0 komentar:
Posting Komentar