Bibit adalah bahan tanaman yang sudah berbentuk tanaman muda berukuran
kecil tetapi sudah memiliki bagian tanaman secara lengkap baik akar, batang
maupun daun. Bibit tanaman biasanya digunakan untuk menyebut bahan tanaman yang
diperbanyak secara vegetatif,
yakni stek, cangkok dan anakan. Jika diperbanyak secara generatif (melalui biji),
bahan tanaman disebut bibit jika sudah berkecambah.
Bahan tanaman pisang atau bibit pisang diperoleh secara
vegetatif yang pada umumnya perbanyakan dilakukan melalui anakan. Secara
tradisional, bibit pisang diperoleh dengan cara memisahkan anakan dari tanaman
induk dan langsung menanamnya pada lahan yang sudah disediakan
Perbanyakan
tanaman pisang menggunakan bonggol adalah kegiatan pembibitan tanaman pisang
menggunakan potongan bonggol yang ditanam di media pada wadah atau pot untuk
menumbuhkan tunas-tunas baru. Tunas-tunas baru itulah yang nantinya akan tumbuh
menjadi anakan pisang dan bisa ditanam menjadi individu baru yang terpisah dari
bonggol induknya. Perbanyakan menggunakan bonggol ini merupakan teknik
pembibitan pisang secara sederhana yang mudah dilakukan. Beberapa petani pisang
lokal banyak mengadopsi metode ini, selain mudah dilakukan, metode ini juga
relatif membutuhkan biaya yang kecil.
Memilih pohon induk untuk pembibitan
Pilihlah pohon indukan
pisang yang sudah berbuah dan menghasilkan anakan. Atau jika tidak, pilihlah
pohon pisang hasil kultur jaringan yang memiliki bonggol berdiameter minimal 15
cm. Selain itu, tanaman indukannya harus sehat dan terbebas dari hama dan
penyakit. Anda bisa melihat kondisi fisik pohon pisangnya secara kasat
§
Anakan
pisang dari tanaman induk yang akan diambil bonggolnya
§
Fungisida,
bakterisida dan insektisida
§
Media
tanam berupa arang sekam
§
ZPT
§
Polybag
§
Air
bersih
§
Golok
atau pisau yang tajam
Cara
membuat bibit
a)
Pemisahan anakan dari rumpun dilakukan
dengan hati-hati menggunakan linggis/tembilang bermata lebar, sehingga kondisi
bonggol masih utuh.
b)
Bonggol dibersihkan dari akar
dan tanah yang menempel, kemudian dipotong 1 cm diatas leher bonggol. Pada
titik tumbuh di pusat bonggol dikorek dengan lebar dan dalam ± 3 cm menggunakan
pisau yang runcing.
c)
Rendam dalam air hangat dengan
suhu ± 55° C yang telah dicampur fungisida dengan dosis 2 gr/lt air selama 15
menit kemudian ditiriskan. Untuk menghindari serangan hama pada saat perendaman
dapat juga disertai pemberian insektisida sesuai dosis yang dianjurkan.
d)
Untuk merangsang munculnya
tunas, bonggol di semai dalam bedengan, disusun secara berjajar dengan bagian
titik tumbuh tetap mengarah ke atas, masing-masing bonggol diberi jarak antara
5 cm kemudian ditimbun dengan campuran tanah, pasir dan pupuk kandang setebal ±
5 cm. Penimbunan dilakukan selama 3-5 minggu atau sampai tumbuh tunasnya.
Selama penimbunan perlu dijaga kelembabannya dengan penyiraman setiap hari
secukupnya terutama bila tidak ada hujan.
e)
Bila tunas telah tumbuh dan
telah mempunyai 1-2 lembar daun, bonggol diangkat dari timbunan, kemudian
dibelah searah membujur dari permukaan atas bonggol sampai dasar sebanyak tunas
yang tumbuh. Bila bonggol terlalu besar dapat dikurangi dengan menipiskan
potongan dikiri dan kanan tunas
f)
Tunas hasil belahan (bit)
disemai di polybag ukuran 20 cm x 30 cm yang berisi media tanam kemudian
diletakkan ditempat teduh/naungan.
g)
Setelah umur 1 bulan bibit
dipindahkan ke tempat terbuka dan siap ditanam ke lapang bila bibit sudah
berumur 2 bulan
h)
Perawatan yang utama adalah
penyiraman untuk menjaga kelembaban tanah. Pemupukan dilakukan 2 minggu sekali
menggunakan Urea 2 gr/lt air dengan cara dikocor
OLEH : ZUBAIR, S.ST
0 komentar:
Posting Komentar