Selasa, 20 September 2022

BUDIDAYA BAWANG MERAH

 


Bawang merah (Allium cepa) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Agar sukses budidaya bawang merah kita dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko) di lapangan. Diantaranya cara budidaya, serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro, dll yang menyebabkan produksi menurun. Memperhatikan hal tersebut, PT. NATURAL NUSANTARA berupaya membantu penyelesaian permasalahan tersebut. Salah satunya dengan peningkatan produksi bawang merah secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K - 3 ), sehingga petani dapat berkarya dan berkompetisi di era perdagangan bebas.


A. PRA TANAM

1. Syarat Tumbuh

Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, tekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH 5.6 - 6.5, ketinggian 0-400 mdpl, kelembaban 50-70 %, suhu 25-320 C

2. Pengolahan Tanah

Pupuk kandang disebarkan di lahan dengan dosis 0,5-1 ton/ 1000 m2

Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)

Dibuat bedengan dengan lebar 120 -180 cm

Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.

Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu.

Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan..

3. Pupuk Dasar

Berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36 secara merata diatas bedengan dan diaduk rata dengan tanah. Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan.

Siramkan  pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 10 botol/1000 m2 dengan cara :

- alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
- alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 sendok peres makan Super Nasa untuk menyiram 5-10 meter bedengan.

Biarkan selama 5 - 7 hari

4. Pemilihan Bibit

- Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi.
- Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya)

- Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)


B. FASE TANAM

1. Jarak Tanam

Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok Pada Musim Hujan 20 x 15 cm    varietas Tiron

2. Cara Tanam

Umbi bibit direndam dulu dalam larutan NASA + air ( dosis 1 tutup/lt air ). Taburkan GLIO secara merata pada umbi bibit yg telah direndam NASA
Simpan selama 2 hari sebelum tanam

Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.

C. AWAL PERTUMBUHAN ( 0 - 10 HST )

1. Pengamatan Hama

Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura), telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas.

Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan VIREXI atau VITURA . Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut /kalung hitam di leher, dikendalikan dengan VIREXI.

Ulat tanah . Ulat ini berwarna coklat-hitam. Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya. Semprot dengan PESTONA.
Penyakit yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan adalah penyakit layu Fusarium. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun bawang, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau dibakar di tempat yang jauh. Preventif kendalikan dengan GLIO.

2. Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang

Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar saluran (di Brebes disebut melem).

3. Pemupukan pemeliharaan/susulan

Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.

Pemupukan dilakukan 2 kali

( dosis per 1000 m2 ) :

- 2 minggu : 5-9 kg Urea+10-20 kg ZA+10-14 kg KCl
- 4 minggu : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg ZA+12-17 kg KCl
Campur secara merata ketiga jenis pupuk tersebut dan aplikasikan di sekitar rumpun atau garitan tanaman. Pada saat pemberian jangan sampai terkena tanaman supaya daun tidak terbakar dan terganggu pertumbuhannya.

Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 diberikan pada umur ± 2 minggu.

4. Pengairan

Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 %

Air salinitas tinggi kurang baik bagi pertumbuhan bawang merah.

Tinggi permukaan air pada saluran ( canal ) dipertahankan setinggi 20 cm dari permukaan bedengan pertanaman


D. FASE VEGETATIF ( 11- 35 HST )

1. Pengamatan Hama dan Penyakit

Hama Ulat bawang, S. litura dan S. Exigua

Thrips, mulai menyerang umur 30 HST karena kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang yang terserang warnanya putih berkilat seperti perak Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator kumbang macan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan BVR atau PESTONA.

Penyakit Bercak Ungu atau Trotol, disebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan air dari tanah. Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mongering ujung-ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan rintik-rintik segera dilakukan penyiraman. Preventif dengan penebaran GLIO.


Penyakit Antraknose atau Otomotis, disebabkan oleh jamur Colletotricum gloesporiodes. Gejala serangan adalah ditandai terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang akan menyebabkan patahnya daun secara serentak (istilah Brebes: otomatis). Jika ada gejala, tanaman terserang segera dicabut dibakar dan dimusnahkan. Untuk jamur yang ada didalam tanah kendalikan dengan GLIO


Penyakit oleh virus.

- Gejalanya pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan memakai bibit bebas virus dan pergiliran tanaman selain golongan bawang-bawangan.


Busuk umbi oleh bakteri.

- Umbi yang terserang jadi busuk dan berbau. Biasa menyerang setelah dipanen. Usahakan tempat yang kering.

- Busuk umbi/ leher batang oleh jamur.

- Bagian yang terserang jadi lunak, melekuk dan berwarna kelabu. Jaga agar tanah tidak terlalu becek (atur drainase).

- Untuk pencegahan hama-penyakit usahakan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman lain (bukan golongan Bawang-bawangan. PESTISIDA Kimia digunakan sebagai alternatif terakhir untuk mengatasi serangan hama-penyakit.

2. Pengelolaan Tanaman

- Penyiangan kedua dilakukan pada umur

30-35 HST dilanjutkan pendagiran, pembumbunan dan perbaikan bedengan yang rusak.

- Penyemprotan POC NASA dengan dosis 4-5 tutup/tangki tiap 7-10 hari sekali mulai 7 hari setelah tanam hingga hari ke 50-55. Mulai hari ke 35 penyemprotan ditambah HORMONIK dengan dosis 1-2 tutup/ tangki (dicampurkan dengan NASA).
- Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika ada serangan Thrips dan ada hujan rintik-rintik penyiraman dilakukan siang hari.

E. PEMBENTUKAN UMBI ( 36 - 50HST )

Pada fase pengamatan HPT sama seperti fase Vegetatif, yang perlu diperhatikan adalah pengairannya. Butuh air yang banyak pada musim kemarau sehingga perlu dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari.


F. PEMATANGAN UMBI ( 51- 65 HST )

Pada fase ini tidak begitu banyak air sehingga penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari.


G. PANEN DAN PACA PANEN

1. Panen

> 60-90 % daun telah rebah, dataran rendah pemanenan pada umur 55-70 hari, dataran tinggi umur 70 - 90 hari.

> Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek
> Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan (Jawa : dipocong)

 2. Pasca Panen

- Penjemuran dengan alas anyaman bambu (Jawa : gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 89 85 % baru disimpan di gudang.

- Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-290C kelembaban 70-80%, sanitasi gudang.


PANEN BAWANG DI PEKARANGAN, MENGAPA TIDAK ?

        Bawang merah menjadi salah satu jenis tanaman sayuran yang tak pernah absen dalam bumbu masakan keluarga Indonesia. Meski beberapa wilayah Indonesia merupakan sentra bawang merah, tapi tingginya permintaan dalam negeri tak mampu memasok seluruh kebutuhan. Akibatnya, Harus ditambah dari impor.

Selama ini budidaya bawang merah dilakukan dalam skala luas di lahan pertanian yang cukup luas. Budidaya tanaman ini tidak harus di lahan yang luas, tapi bagi masyarkat yang hanya memiliki lahan terbatas, terutama lahan pekarangan alternatifnya adalah budidaya bawang merah dengan sistemm polybag.

          Dengan sistem ini, tiap keluarga bisa budidaya dari satu polybag hingga ratusan polybag tergantung pada kemampuan yang dimiliki. Budidaya bawang merah sistem polybag sagatlah cocok dikembangkan dan digerakkan kalangan ibu rumah tangga yang tergabung dalam anggota kelompok wanita tani.

Teknik Budidaya

          Untuk memulai budidaya bawang merah dengan sistem polybag terlebih dahulu menyiapakan media tanam yakni tanah. Tanah yang baik terdapat lapisan atas (tapsoil) yakni kedalaman 0-30 cm dari permukaan tanah. Sebab, lapisan atas banyak unsur organik yang diperlukan tanaman.

          Untuk media di polybag jenis tanah yang dipilih yaitu harus berstruktur remah atau gembur agar peresapan air dan sirkulasi udara dalam tanah berjalan lancar. Tanah yang tidak baik sebagai media tanam bila strukturnya padat dan tidak berongga. Tanah seperti ini biasanya sulit diembus air saat penyiraman, sehingga tanah menjadi becek. Tanah ini juga sulit ditembus akar tanaman.

          Sebelum dimasukkan polybag, tanah yang didapatkan harus diolah terlebih dahulu agar memenuhi syarat sebagai media tanam bawang merah. Caranya, pertama tanah diayak. Tanah yang belum diayak biasanya banyak mengandung batu, kerikil, potongan kayu dan kotoran lainnya.

          Secara fisik tanah hasil ayakan sudah baik dijadikan media tanam karena memiliki ukuran butiran yang halus. dengan ukuran yang halus ini akar tanaman dapat meresap ke seluruh permukaan tanah, baik dilapisan atas, tengah maupun bawah.

          Kedua, dicampur pupuk organik. Pupuk organik bisa berasal dari kotoran sapi, kambing, ayam atau kotoran hewan lainnya. Pupuk organik yang bak yaitu sudah betul-betul jadi dengan ciri-ciri sudah remah seperti menjadi tanah.

          Perbandingan dengan tanah dan pupuk organik yaitu 2:1 (2 bagian berupa tanah dan 1 bagian berupa pupuk organik). Bawang merah yang ditanam di polybagini tanpa pupuk organik (buatan) tanaman bisa panen dengan baik dan efesien biaya. Penambahan pupuk buatan seperti urea pada pertanaman di polybag bila tidak hati-hati justru bisa menyebabkan tanaman mati.

          Ketiga, memasukkan media tanam dalam polybag. Setelah semua bahan dicampurkan , kegiatan selanjutnya ialah memasukkan media tersebut dalam polybag. Caranya, masukkan bahan tadi ke polybag yang sudah tersedia secara penuh/tata sesuai ukurannya.

          Keempat, penanaman. Sehari sebelum ditanami, polybag disirami agar tanah yang sudah dicampur tadi mengndapcdan rata. Bibit bawang merah yang sudah siap ditanam adalah yang telah disimpan selama 2-4 bulan. Pada bibit tersebut akan terlihat titik-titik tumbuh akarnya. Ukuran bibit yang ideal berukuran 1,5x2 cm, atau yang agak besar misalnya 2x2,5 cm. Jika ukurannya dibawah 1,5 cm memerlukan bibit yang banyak dan pertumbuhannya lemah serta produktivitasnya rendah.

          Kelima, pemotongan bibit, sehari sebelum penanaman, bibit bawang merah dipotong ujungnya (dirampas) kira-kira sepertiga hingga seperempat bagian dari panjang umbi keseluruhan. Tujuan dari pemotongan ini adalah agar umbi dapat tumbuh merata, untuk merangsang tumbuhnya umbi samping dan mendorong tumbuhnya anakan. Sebelum umbi ditanam, luka pemotonganharus kering terlebih dahulu. Hal ini untuk menghindarkan kemungkinan adanya pembusukan atau serangan penyakit pada bekas potongan tadi.

          Keenam, cara tanam. Media polybag yang sehari sebelumnya sudah disiram dan kelihatan media sudah mengendap, maka siap ditanami bawang merah. Gunakan alat penugal lubang tanaman dibuat sedalam rata-rata setinggi umbi. Umbi bawang merah dibenamkan dalam lubang tanam dengan permukaan tanah, kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis.

          Setiap polybag dengn ukuran 40x35 cm ditanami 3-4 umbi bawang merah, jika ukuran polybag besar, maka bisa lebih dan bila kecil hanya untuk 1 atau 2 umbi saja.

          Tahap ke tujuh, penyiraman pertama dilakukan setelah umbi ditanam. Kemudian diulang setiap hari hingga daun pertama mulai tumbuh. usahakan agar t anah tetap lembab sampai umur 50 hari. Penyiraman harus dijaga jangan terlalu basah dan tanah tetap lembab sampai umur 50 hari. Penyiraman harus dijaga jangan terlalu basah dan tanahnyamenjadi padat. Selanjutnya penyiraman di polybag menyesuaikan kondisi tanaman. Penyiraman  dihentikan 10 hari menjelang tanaman dipanen.

          Tahap selanjutnya adalah pemeliharaan. Pemeliharaan ini meliputi perawatan tanaman dengan menjaga kondisi tetap sehat. antara lain, pencabutan tanaman rumput, pendangiran dan pengendalian hama/penyakit bila ada.

          Panen bawang merah untuk komsumsi bisa dilakukan pada umur tanaman 55-60 hari. Sedangkan untuk bibit harus diatas 60 hari dan tidak menggunakan pupuk anorganik.

          Tanda-tanda bawang merah siap dipanen yakni, daun layu, menguning dan kering, pangkal daun bila dipegang lemah. Setidaknya hampir 70-80% daun berwarna kuing. Tanda-tanda lainya, umbi lapis kelihatan penuh berisi, sebagian umbi tersembul di atas permukaan tanah dan batangnya roboh. Sudah terjadi pembentukan pigmen merah dan timbulnya bau bawang yang khas ditandai dengan timbulnya warna merah tua atau merah keunguan.


OLEH : Rety Apriani

Penyuluh Pertanian Madya


0 komentar:

Posting Komentar

PEMANFAATAN SARANA DIGITAL BPP BENTENG BONTOHARU SEBAGAI MEDIA PENYULUHAN

  Perkembangan teknologi di era digitalisasi 4.0 menuntut penyuluh pertanian untuk memiliki kemampuan Internet of Things (IOT), Teknologi 3D...