Rabu, 01 Desember 2021

TEKNIK GRAFTING BIBIT ALPUKAT

 


Penyambungan atau enten (grafting) adalah penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya. Bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima sambungan disebut batang bawah (rootstock atau understock) atau sering disebut stock. Bagian tanaman yang disambungkan atau disebut batang atas (scion) dan merupakan sepotong batang yang mempunyai lebih dari satu mata tunas (entres), baik itu berupa tunas pucuk atau tunas samping. Penyambungan batang bawah dan batang atas ini biasanya dilakukan antara dua varietas tanaman yang masih dalam spesies yang sama. Misalnya penyambungan antar varietas pada tanaman durian. Kadang-kadang bisa juga dilakukan penyambungan antara dua tanaman yang berlainan spesiesnya tetapi masih dalam satu famili.

Keuntungan perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah :

 Buah yang dihasilkan karakternya sama dengan induknya

 Tanaman cepat berbuah/berproduksi

 Arsitektur tanaman menjadi lebih rendah, sehingga mudah pengelolaannya baik pemeliharaan tanaman maupun pemanenan buah.

Model perbanyakan yang umum dilakukan pada alpukat adalah teknik sambung pucuk atau sambung celah dengan persentase keberhasilan sekitar 80% (Supriyanto, 1986). Kondisi lingkungan terutama temperatur, kelembaban udara dan cahaya sangat berperanan dalam proses perbanyakan sambung pucuk. Suhu harus tetap dipertahankan di bawah 30° C dengan kelembaban relatif lebih dari 80% serta cahaya yang tidak terlalu penuh (di bawah naungan).

Tahapan pelaksanaan perbanyakan tanaman alpukat dengan sambung pucuk atau sambung celah adalah sebagai berikut :

Ø Siapkan batang bawah yang telah berumur 1,5-2,5 bulan (berdiameter 0,5-0,7 cm) Potong batang bawah setinggi ± 15 cm dari pangkal batang. Tepat ditengah bekas potongan, belah dengan pisau menjadi 2 bagian sama besarnya sepanjang   ± 3 cm.

Ø Potong pucuk entris sepanjang ± 10 cm, buang seluruh daunnya, kemudian sayat miring bagian pangkal pada kedua sisinya sehingga membentuk taji (huruf ”V”). Pucuk entries dipilih yang ukurannya sama atau sedikit lebih kecil dari batang bawah. Entris diambil dari cabang yang masih muda (berwarna hijau) dengan diameter 0,6 - 0,7 cm.

Ø Sisipkan pucuk entris pada celah batang bawah dan bagian sambungan tersebut diikat dengan tali plastik kemudian sungkup dengan kantong plastik bening.

Ø 2-3 minggu setelah penyambungan, apabila entris sudah pecah tunas atau keluar daun baru, berarti penyam-bungan berhasil. Sungkup plastik pada saat ini sudah dapat dibuka, tetapi tali pengikat sambungan masih tetap dibiarkan sampai pertumbuhan bibit sudah kuat (2-3 bulan).

Ø Setiap hari tanaman disiram, dan untuk mencegah serangan penyakit sebaiknya tanaman disemprot fungisida. Pada musim kering hama tungau putih sering menyerang, untuk itu sebaiknya dicegah dengan semprotan kelthane. Bibit biasanya sudah dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 9-16 bulan, dan pemindahannya dilakukan pada saat permulaan musim hujan.

Teknik sambung pucuk (grafting) dikatakan berhasil apabila terjadi pertumbuhan batang bawah. Keuntungan dari batang bawah asal benih (semai) memiliki sistem perakaran yang kuat dan tidak membawa virus dari induknya (Sadwiyanti et al., 2019). Faktor lingkungan, keterampilan sumberdaya manusia dan kecukupan cadangan makanan pada entris dapat mempengaruhi keberhasilan dalam memproduksi bibit dengan menggunakan metode grafting. Pemeliharaan bibit hasil sambung pucuk terutama dalam hal pemupukan harus dilakukan secara intensif.


Oleh : ZUBAIR, S.ST





Senin, 29 November 2021

PERBANYAKAN TANAMAN ALPUKAT SECARA GENERATIF (BIJI)

 


Keberadaan  tanaman alpukat telah cukup lama di Indonesia, sekitar dua abad yang lalu. Pengembangan tanaman alpukat di tanah air tampaknya belum merata. Buah alpukat merupakan buah yang memiliki nilai nutrisi, kandungan lemak, dan energi buah yang tinggi. Buah alpukat bukan hanya sekedar sumber vitamin dan mineral, tetapi dapat pula dijadikan bahan pangan dan penyedia energi. Namun masyarakat kita, khususnya masyarakat kota, hanya sekedar menkonsumsi buah alpukat dalam bentuk sari juice buahnya bersama sirop dan penyedap lain. Pola konsumsi hanya minum buah alpukat seyogianya dapat diubah menjadi pola konsumsi makan buah alpukat, khususnya bagi masyarakat di daerah wilayah dataran tinggi dan desa terpencil.

Bibit alpukat dapat diperoleh secara vegetatif maupun generatif. Perbanyakan melalui generatif didapatkan dengan langsung dari biji. Hasil bibit dengan cara ini memiliki keunggulan pada perakaran yang kuat dan dapat diproduksi secara masal, akan tetapi tanaman akan berbuah lama serta buah tidak seperti induknya.

Pembibitan dimaksudkan sebagai usaha memproduksi bahan tanaman (bibit). Tanaman dapat diperbanyak secara generatif (biji) Perbanyakan tanaman dengan biji sering mengecewakan karena selain umur mulai berbuahnya lama (panjang), juga sering terjadi penyimpangan sifat-sifat pohon induknya. Oleh sebab itu perbanyakan tanaman dengan biji hanya dianjurkan untuk memproduksi batang bawah sebagai bahan untuk penyambungan atau untuk okulasi.

Sebelum disemaikan, biji alpukat yang sudah terkumpul dan terpilih dibersihkan dengan air untuk menghilangkan lender dan sisa-sisa dari daging buah dengan maksud agar biji terbebas dari cendawan dan organisme pengganggu lainnya. Biji dipilih yang bernas, padat, dan tidak keriput. Biji dipilih yang berukuran besar (65-85 g) agar mempercepat pertumbuhan batang bawah. Setelah bersih, biji ini kemudian dikeringanginkan, dan selanjutnya direndam selama beberapa menit dalam larutan pestisida 2%. Penyemaian biji harus dilakukan di tempat yang aman terhadap gangguan hewan maupun manusia, dekat dengan sumber air, dan letaknya strategis agar mudah pengelo-laannya.

Selain itu harus memiliki naungan untuk melindungi bibit dari teriknya sinar mata-hari langsung dan derasnya air hujan. Untuk itu perlu dibuat rumah bibit yang permanen atau sederhana. Untuk perbanyakan bibit batang bawah, sebaiknya biji ditanam langsung di polybag (kantong plastik hitam).

Biji alpukat yang telah disiapkan segera ditanam pada polybag ukuran 15 x 21 cm. Media yang digunakan harus subur dan gembur, yaitu campuran tanah + pupuk kandang + pasir/sekam (2:1:1). Penanaman biji dalam polybag dilakukan sebagai berikut, yaitu bagian pangkal biji yang agak rata diletakkan di sebelah bawah dan bagian ujung biji yang runcing dan telah dipotong 1/3.  Pemotongan biji alpukat pada 1/3 bagian ujungnya dapat mempercepat saat berkecambahnya biji, meningkatkan pertumbuhan semai dan memperbaiki sistem perakaran dari semai. Selanjutnya, biji ini ditempatkan di bawah naungan. Kurang lebih 3 minggu setelah tanam, biji-biji ini akan mulai berkecambah dan membentuk anak semai.


OLEH : ZUBAIR, S.ST






Selasa, 16 November 2021

PERLAKUAN BENIH YANG BERKULIT KERAS SEBELUM DISEMAI


Persemaian terdiri dari persemaian sementara dan persemaian permanen. Persemaian sementara untuk menyediakan bibit dalam jangka pendek dan dengan peralatan sederhana. Sedangkan persemaian permanen dibangun untuk menyediakan bibit secara terus menerus dan dengan fasilitas yang lengkap

Masa persemaian memiliki peran strategis dalam proses pertumbuhan dan adaptasi tanaman. Pada tahap ini, secara tak langsung seleksi terhadap tanaman berkualitas prima sudah mulai dilakukan. Selain dengan tray ada beberapa wadah untuk pesemaian misalnya dengan polibag, baki/mampan, namun pada umumnya prinsipnya sama

Beberapa benih meskipun telah ditabur di media kecambah, terkadang menunjukkan proses perkecambahan yang lama. Hal ini disebabkan oleh sifat benih yang disebut dengan dormansi benih, yaitu sifat yang menunjukan suatu keadaan di mana benih-benih sehat (viable) gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk perkecambahan. Agar benih dapat segera berkecambah, maka perlu dilakukan perlakuan awal yang disebut dengan ”pematahan dormansi”. Pematahan dormansi tersebut dimaksudkan agar benih sehat yang awalnya sulit berkecambah menjadi cepat berkecambah dengan terlebih dahulu dilakukan perlakuan-perlakuan pendahuluan.

Komposisi media tumbuh bibit akan ikut menentukan bagaimana bibit tumbuh, karena berhubungan dengan kesesuaian media dan ketersediaan unsur hara yang dikandung dalam media tersebut untuk pertumbuhan tanaman. Umumnya media tumbuh bibit merupakan kombinasi antara tanah, kompos, dan pasir. Namun demikian terdapat jenis-jenis bahan lain yang dapat digunakan sebagai campuran media tumbuh, antara lain: serbuk gergaji, arang sekam, arang kayu, dll. Pemberian tanah dalam media tumbuh tanaman di samping berfungsi sebegai penyedia hara juga berperan sebagai pengikat air, pemberian kompos dimaksudkan sebagai media pemasok nutrisi bagi pertumbuhan tanaman, sedangkan pasir untuk meningkatkan porositas media.

 

Pada tahap selanjutnya, proses perkecambahan dapat dipercepat melalui

persemaian biji.

Tahapan penyemaian ;

Ø Rendam biji dengan air hangat dan larutan pertumbuhan akar/tunas.

Ø Untuk biji yang kecil-kecil dapat dilakukan penyemaian bersama pada satu pot, beri lapisan yang halus dan menyimpan banyak air seperti cocopeat halus.

Ø Untuk biji yang relatif besar, dapat ditempatkan satu bji per pot sehingga dapat tumbuh dan berkembang tanpa dilakukan re-potting.

Ø Pastikan media basah pada saat penyemaian dan jaga kelembaban hingga keluar kecambah tetapi jangan dilakukan penyiraman terlebih dahulu.

Ø Setelah keluar akar dan tunas daun, lakukan penyiraman dengan kepala nozzle halus, dan jangan melakukan kegiatan pemupukan.

Ø Setelah bibit terlihat tumbuh, pacu pertumbuhan dengan pupuk dengan unsur N tinggi. Letakkan bibit pada tempat yang teduh tetapi mempunyai sirkulasi udara yang baik



OLEH : ZUBAIR, S.ST






Jumat, 29 Oktober 2021

PPL (BPP BENTENG BONTOHARU) DAMPINGI KWT TERATAI TANAM BAWANG MERAH

Kamis, 28 Oktober 2021

Pemanenan dan Pasca Panen Bawang Merah

 


Tanaman bawang merah (Allium Sp) merupakan sayuran rempah dan dipanen bagian umbinya yang merupakan umbi lapis dan digunakan untuk konsumsi  sebagai bumbu penyedap masakan. Kebutuhannya relatif stabil sepanjang tahun dan memililki potensi komersial yang cenderung semakin meningkat. Bawang merah juga berfungsi sebagai obat yaitu mendorong nafas panjang, mengobati luka, obat maag,masuk angin dan menurunkan kadar gula dan kolesterol.

Setelah proses penanaman maka proses selanjutnya yang sangat penting dalam kegiatan pertanian adalah kegiatan panen dan pasca panen. Untuk memperoleh hasil yang baik, diperlukan proses penangan panen dan pascapanen yang baik

Selain sebagai bumbu dapur, bawang merah pun dapat dijadikan obat, karena memiliki segudang manfaat seperti mengobati luka, menurunkan dan mengontrol kadar gula, masuk angin, kolesterol dan maag.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, diperlukan teknik pemanenan dan pasca panen bawang merah dengan sesuai. Karena, proses tersebut dapat meningkatkan daya beli, mengurangi resiko turunnya kehilangan hasil dan dapat disimpan lebih lama.

Berikut ini merupakan uraian mengenai panen dan pasca panen bawang merah yang perlu diketahui, diantaranya adalah:

Pemanenan Bawang Merah

Tanaman bawang merah siap panen mempunyai ciri diantaranya, tanaman mulai pada roboh, daun bawang layu dan menguning sebanyak sepertiga hingga dua pertiga, umbi tanaman sudah mulai terlihat di permukaan tanah.

Adapun teknik pemanenan bawang merah harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak hasilnya. Yaitu dengan mencabut tanaman, baik umbi maupun daun bawang merah dan pastikan tidak satupun yang tertinggal. Kemudian, kumpulkan semua hasilnya dan diikat menjadi satu.

Panen bawang merah dilakukan ketika cuaca sedang cerah dengan standar umum pemanenan. Jika tanah keras, basahi dengan air 1-2 hari sebelumnya agar mudah pencabutan, tidak ada umbi yang tertinggal, serta menghindari luka.

Penanganan Pasca Panen

Setelah melakukan pemanenan bawang merah, Anda perlu melakukan penanganan pasca panen dengan baik dan benar seperti berikut,

1. Penjemuran

Lakukan penjemuran bawang merah di atas para para. Agar umbi bawang tidak terkena luka bakar, Anda bisa menutupinya menggunakan daun batang. Penjemuran dilakukan sesuai dengan tujuan akhir pengelolaan bawang merah.

Apabila Anda ingin menjual bawang merah dengan keadaan basah, Anda cukup menjemur bawang merah selama 2-5 hari atau sampai daun bawang layu.

Apabila Anda ingin menggunakan hasil bawang merah sebagai bibit, lakukan penjemuran hingga selama 3-5 minggu. Setelah itu,  gantung ikatan bawang pada rak ataupun gantungan yang telah diberi pestisida. Simpan bawang selama 4-5 bulan (sesuai dengan varietas bawang merah)

 2. Pembersihan

Setelah penjemuran atau pengeringan, Anda perlu melakukan pembersihan agar hasilnya lebih bersih, baik, serta berkualitas. Gunakan sarung tangan untuk melakukan pembersihan dan potong daun kering pada leher umbi bagian atas.

Setelah itu, potong akar tanaman, lalu bersihkan umbi dari kotoran dan kulit kering. Pisahkan hasil yang bagus dan yang cacat, supaya tidak tertular mikroba pembusuk.

3. Memasarkan Bawang Merah

Setelah melakukan pasca panen dengan baik, Anda bisa memasarkan bawang merah sesuai dengan tujuan tersendiri.

  • Pemasaran Untuk Dikonsumsi

Apabila bawang merah di jual untuk dikonsumsi, lakukan grading serta sortasi bawang merah berdasarkan ukuran besar dan kecilnya umbi setelah pembersihan bawang.

  • Pemasaran Sebagai Bibit

Bawang merah yang dijadikan bibit pastikan bersifat kering (sesuai dengan varietas bawang)

  • Pemasaran Berbentuk Olahan

Bawang merah bisa dipasarkan berbentuk bentuk olahan, seperti bawang goreng. Caranya dengan menggoreng bawang yang sudah diiris tipis, lalu dikemas pada wadah plastik.


OLEH : UMI AZIMAR, SP

Penyuluh Pertanian Madya

Senin, 04 Oktober 2021

CARA MENGENDALIKAN KUTU KEBUL DAN EMBUN JELAGA PADA TANAMAN MANGGA

 

Salah satu hama yang sering menyerang tanaman mangga adalah kutu kebul (kutu putih), kutu berbentuk oval, datar, tertutup lapisan tebal seperti lilin sering hinggap di daun dan menghisap cairan sel daun. Akibat serangan kutu tersebut, pada daun terdapat bercak kuning kotor. Gejala jika tanaman terserang hama kutu putih adalah daun menjadi keputihan penuh denga kutu putih. Kutu putih/kutu kebul juga merangsang terbentuknya cendawan jelaga.

Gejala penyakit ini disebabkan jamur Meliola mangifera muncul karena ada serangga yang menghasilkan cairan manis atau biasa disebut dengan embun madu. Jamur ini berkembang dengan cepat. dengan ditandai warna hitam seperti beledu pada daun dan buah. Bila daun sudah berwarna hitam akan menutupi stomata maka mengganggu fotosintesis sehingga tanaman mangga tidak bisa berbuah. Jika buah sudah berwarna hitam maka rasanya tidak manis lagi.

Berikut adalah pengendalian hama kutu putih pada tanaman:

 

1. Memelihara pemangsa alami hama kutu putih

Salah satu cara yang paling mudah dan efektif yaitu memanipulasi lingkungan sehingga sesuai untuk tempat hidup predator dan parasitoid hama kutu putih. Predator akan memangsa kutu putih tanpa ikut merusak tanaman. Predator pemangsa alami kutu putih diantaranya lacewingminute pirate bug (hewan semacam kumbang bunga), beberapa jenis kepik dan laba-laba. Sedangkan parasitoid yang sering ditemukan adalah Encarsia formosa yang merupakan tabuhan yang dapat memarasit tubuh kutu putih.

 

2. Menggunakan perangkap khusus hama kutu putih

Cara berikutnya yaitu pemakaian alat perangkap hama kutu putih. Alat ini berupa potongan karton berwarna cerah dengan satu sisi lengket yang dipasang di tanaman. Perangkap ini dapat dibeli di toko pertanian atau dapat dibuat sendiri. Perangkap ini hanya bisa digunakan untuk menjebak kutu putih dewasa. Untuk hasil lebih efektif, metode ini dapat digabungkan dengan metode pengendalian lainnya.

 

3. Memangkas daun yang mengandung banyak kutu putih

Untuk mencegah hama kutu putih menyebar ke daun atau ke tanaman lainnya, daun yang mengandung banyak kutu putih sebaiknya dipangkas atau dihilangkan. Biasanya, di bagian bawah daun akan terlihat banyak telur berwarna putih atau kutu muda. Daun yang sudah sangat rusak biasanya penuh dengan zat lengket atau berubah warna menjadi kuning. Jauhkan juga tanaman sehat dari sekitar tanaman yang terjangkit kutu putih.  

 

4. Menggunakan alat semprotan atau penyedot debu

Jika kutu dewasa bisa ditangkap dengan perangkap, kutu putih yang masih muda bisa dibasmi menggunakan semprotan atau selang taman. Penyedot debu kecil juga dapat digunakan untuk menyedot koloni kutu putih muda. Karena gerakan kutu putih cukup lambat pada pagi hari atau saat cuaca sejuk, lakukan metode ini pada waktu tersebut. Masukkan kutu ke dalam kantong kedap udara lalu bekukan selama 24 jam. Setelah terbunuh, buang bangkai kutu putih ini.

5.   Obat Insektisida Organik

Banyak merek insektisida organik yang bertebaran di pasaran dengan kandungan dan keunggulan nya masing-masing tapi di Biasanya jika anda menggunakan yang memang dirancang untuk mengusir hama ada keunggulan seperti.

  • Meningkatkan daya tahan tanaman agar tidak mudah terserang hama dan penyakit
  • Hama akan diusir bukan dibunuh seperti halnya kita menggunakan sabun cucui piring atau bahan kimia.
  • Relatif aman karena dibuat dari baham-bahan alami
  • Dan yang pasti tidak menyebabkan kekbalan/resistensi terhadap hama

Itu manfaat dan keunggulan jika kita menggunakan pembasmi hama yang memang dirancang untuk mengusir hama.

6.   Obat Isektisida Kimia

Bagi petani sebagian, menggunakan insektisida  kimia adalah cara mereka mengusir hama ini, karena bisa dibilang menggunakan bahan kimia tergolong cepat dan sangat ampuh atau memang penyebaran hama ini sudah terlalu luas sehingga tidak bisa lagi di tanggulangi, cara penggunaanya cukup di sempotkan di bawah daun, jangan diatas nya karena kutu putih biasanya berada di bawah daun. Lakukan pagi atau sore hari yang penting jangan lakukan pada saat matahari terik, lakukan seminggu sekali atau seminggu 2 kali tergantung tingkat serangannya.

 



Demikian beberapa cara untuk menghilangkan hama kutu putih. Pengendalian pada tanaman buah harus tepat dan tidak boleh dianggap sepele, supaya tanaman kita aman, sehat dan berbuah sesuai harapan. Selamat mencoba, semoga bermanfaat.

 

 

 

Penulis : Datulangi, S.ST

 

Sumber :

http://dispertan.grobogan.go.id/artikel/cara_efektif_usir_hama_kutu_putih_pada_tanaman_mangga 



Selasa, 14 September 2021

pelatihan pemanfaatan lahan pekarangan dalam menunjang perekonomian masyarakat

 


Kebutuhan akan sayuran sebenarnya bisa diusahakan sendiri oleh masyarakat dengan memanfaatkan pekarangan rumah untuk bercocok tanam dengan memanfaatkan waktu luang sepulang bekerja atau waktu libur, dengan menggunakan curahan waktu tertentu dan teknologi yang digunakan kebutuhan akan sayuran bisa dipenuhi secara mandiri, tentunya dengan kualitas yang diinginkan.

Rumah yang pekarangannya sempit atau tidak punya pekarangan diintroduksikan inovasi teknologi budidaya tanaman dalam polybag secara vertikultur untuk mengatasi keterbatasan luas lahan pekarangan, terutama di perkotaan seperti di komplek-komplek perumahan, rusun (rumah susun), dan kawasan padat penduduk.

Selain inovasi teknologi budidaya tanaman dalam polybag teknologi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah penggunaan teknologi hidroponik. Teknologi hidroponik merupakan metode bercocok tanam tanpa tanah, tetapi menggunakan larutan nutrisi sebagai sumber. Teknologi hidroponik ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan teknik bertanam secara tradisional. Keunggulan hidroponik antara lain ramah lingkungan, produk yang dihasilkan higienis, pertumbuhan tanaman lebih cepat, kualitas hasil tanaman dapat terjaga, dan kuantitas dapat lebih meningkat. Sayuran yang diproduksi dengan sistem hidroponik juga menjadi lebih sehat karena terbebas dari kontaminasi logam berat industri yang ada di dalam tanah, segar dan tahan lama serta mudah dicerna.

Kegiatan pelatihan pemanfaatan lahan pekarangan yang dilaksanakan di Kelurahan Benteng Selatan Kecamatan Benteng bertujuan memanfaatkan pekarangan rumah dengan berbagai macam tanaman dengan teknik hidroponik maupun menanam dalam polybag, sehingga kebutuhan pangan dan gizi keluarga bisa terpenuhi, serta meningkatkan pendapatan keluarga dengan menjual tanaman hasil budidaya.

Sasaran dari kegiatan pelatihan pemanfaatan lahan pekarangan kepada masyarakat ini adalah anggota kelompok wanita tani dan Dasawisma. Selain itu diharapkan nantinya ini bisa mendifusikan atau menyebarluaskan kembali ke masyarakat lainnya.



Metode yang digunakan dalam melaksanakan pelatihan pemanfaatan lahan pekarangan ini yaitu metode penyuluhan tatap muka untuk menyampaikan informasi teknologi kepada anggota kelompok kemudian dilakukan kunjungan lapangan untuk melakukan pelatihan keterampilan. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di Aula Kantor Kelurahan Benteng Selatan Kecamatan Benteng.

Penyuluhan tatap muka untuk menyampaikan informasi teknologi kepada anggota kelompok Wanita Tani dan Dasawisma. Kegiatan penyuluhan berjalan dengan lancar dengan pemaparan materi yang dikemas dalam presentasi yang interaktif.

 

Materi penyuluhan sebagai berikut:

Penyuluhan Pemanfaatan Lahan Pekarangan dengan Media Tanam Polybag

Siapkan pot dan polibag atau wadah lainnya seperti ember plastik atau kaleng bekas. Lubangi bagian kiri, kanan dan bawah 4-5 buah untuk mengalirkan kelebihan air. Dengan demikian sayuran tidak akan tergenang. Apabila menggunakan polibag, sebaiknya polybag dibalik dahulu sebelum diisi media agar polibag dapat berdiri dengan kokoh dan tidak udah roboh. Media tanam yang digunakan berupa campuran dan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan 1:1, 1:2 atau 1:3 tergantung pada kesuburan atau berat ringannya tanah.



Sayuran yang bijinya berukuran kecil, seperti selada, sawi, cabai dan tomat perlu disemai dulu agar mudah dalam pemeliharaan. Untuk tanaman bawang daun, bawang merah, dan bawang putih tidak perlu disemai, tetapi dapat langsung ditanam dalam pot atau polybag berukuran besar. Tempat persemaian dapat berupa kotak kayu polibag, pot, daun pisang, daun dracanae, atau wadah lainnya yang berdiameter 10 cm. Wadah persemaian yang belum berlubang, bagian bawahnya dibuat lubang untuk mengeluarkan air. Adapun media untuk persemaian dapat digunakan campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1:3. Bila tanahnya terlalu berat, dapat diberi pasir. Biji atau benih ditanam pada wadah persemaian yang telah diisi media tanam dengan jarak 1-3 cm bila menggunakan wadah berupa kotak kayu. Bila menggunakan wadah persemaian yang lain, dalam satu wadah dapat ditanam 1-2 biji atau benih. Kemudian di atas biji ditabur kompos halus. Lamanya persemaian tergantung dari jenis tanaman, misalnya 2-3 minggu untuk sawi, selada dan kubis, 2 minggu untuk tomat, serta 3 minggu untuk cabai dan terung.

Penanaman sayuran dalam pot atau polibag sangatlah mudah, 1) Wadah diisi media tanam, lalu disiram atau dimasukan ke dalam air. Bila media tanamnya turun, tambahkan media tanam lagi hingga hampir penuh.2) Bila semai di tanam di polibag atau pot, buat lubang besar di wadahnya. Kemudian semai beserta medianya dikeluarkan dari polibag atau pot persemaian. Setelah itu tanam semai dan medianya dalam pot atau polibag yang telah disiapkan. 3) Bila semai ditanam dalam kotak kayu, lubang tanam dibuat dengan solet yang ditusukan sambil diputar sehingga terbentuk lubang berbentuk kerucut. Setelah itu semai diambil secara hati-hati jangan samapi akar terputus lalu ditanam. 4) Di sekitar semai diberi media lagi sambil ditekan agar semai dapat berdiri tegak.

Perawatan sayuran organik dalam pot atau polibag lebih mudah karena tanaman lebih terkontrol dan penularan penyakit lewat akar relatif kecil. Beberapa perawatan rutin yang harus dilakukan, 1) Tanaman dijaga setiap hari dari serangan hama dan penyakit. Caranya bila ada hama seperti ulat dan kutu, hama tersebut diambil dan dimatikan dengan dipijit. Apabila ada tanaman yang terserang penyakit layu, sebaiknya tanaman segera dicabut dan medianya dibuang. Wadah penanaman dapat digunakan lagi dengan media dan tanaman yang baru dan sehat. 2) Bila masih kelihatan kurang subur, tanaman dapat dipupuk dengan pupuk kandang atau kompos yang telah matang. 3) Bila tanah terlihat kering tanaman dapat disiram. 4) Untuk tanaman tomat, cabai, terung dan tanaman lain yang menghasilkan buah, perlu diberi turus agar tanaman tidak roboh saat berbuah lebat.

Umur panen tergantung dari jenis tanamannya. Tanaman tomat, terung dan cabai dapat dipanen mulai umur 3-4 bulan hingga umur 6 bulan. Tanaman bawang daun, bawang merah, sawi, selada dan kubis dapat dipanen pada umur 3-4 bulan. Selain umur panen, berat panen pun berbeda untuk setiap jenis. Misalnya, untuk tanaman tomat dapat menghasilkan 1,5-2 kg/tanaman, bawang daun menghasilkan 200 gram/rumpun, produksi kubis sekitar 1kg/tanaman, sawi dan selada sekitar 150 gram/tanaman, serta bawang merah dapat menghasilkan 100 gram/tanaman. Bila dijual bersama potnya, tanaman terung, cabai, tomat, dan tanaman sayuran buah lainnya dijual pada saat buah pertama telah siap panen  dan bunga selanjutnya telah muncul.

Penyuluhan Pemanfaatan Lahan Pekarangan Secara Hidroponik

Media tanam hidroponik bisa menggunakan arang sekam, cocopeat, rockwool ataupun zeolite. Namun pada umumnya untuk skala usaha yang menggunakan system hidroponik NFT yaitu menggunakan media tanam rockwool. Potong-potong rockwool dengan ukuran 1,5 cm x 1,5 cm, 2 cm x 2 cm atau sesuai dengan kebutuhan. Rendam media tanam dengan air biasa selama 5-15 menit, hingga benar-benar basah. Kibaskan

media tanam agar tidak terlalu berair, lalu masukan ke dalam netpot. Buat lubang di media tanam sesuai ukuran biji, lalu letakan didalamnya. Cek benih setiap hari dan pindahkan ke tempat yang terkena sinar matahari pagi jika sudah mulai bertunas, agar tidak terjadi etiolasi. Semprot bibit menggunakan air biasa pada pagi dan sore hari sampai saatnya dipindahtanamkan ke instalasi hidroponik.



Lubang tanam hidroponik telah tersedia di pipa PVC dengan jarak 20 cm x 20 cm untuk tanaman selada. Pindah tanam ke instalasi hidroponik dilakukan jika daun sejati sudah tumbuh 2-4 helai, biasanya pada umur sekitar 14 hari (Hendra, 2014). Sayuran yang dibudidayakan secara hidroponik sepenuhnya mengandalkan pasokan air dan unsur hara dari larutan nutrisi, sehingga penyiraman menjadi faktor penting yang tidak bisa diabaikan. Pada hari pertama, bibit dipindahtanamkan ke instalasi hidroponik NFT larutan nutrisi harus sudah dialirkan. Nyalakan pompa dan atur debit sedemikian rupa sehingga larutan nutrisi mengalir melewati dasar pipa PVC sekaligus membasahi rockwool sebagai media tanam.

Dalam budidaya secara hidroponik, derajat keasaman (pH) larutan nutrisi juga harus diperhatikan. Nilai pH berkisar 0-14, pH di bawah 7 menunjukkan larutan bersifat asam, sedangkan pH di atas 7 menunjukkan larutan bersifat basa. Derajat keasaman sangat berhubungan dengan ketersediaan unsur hara dan penyerapan nutrisi oleh akar yang pada gilirannya berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Rentang pH ideal untuk tanaman hidroponik berkisar 5,5-6,5.

Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu kepekatan larutan nutrisi. Kepekatan larutan berkaitan dengan ketersediaan hara. Semakin pekat larutan maka semakin kaya unsur hara, demikian sebaliknya. Namun, bukan berarti semakin pekat semakin baik bagi tanaman, karena pada kepekatan ekstrim justru tidak baik bagi tanaman. Karena itu secara berkala, 2-3 hari sekali, kepekatan larutan harus dicek agar sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Kebutuhan nutrisi yang ideal untuk tanaman selada yaitu berkisar antara 800-900 ppm. Tingkat kepekatan larutan dinyatakan dalam satuan ppm (part per million), sedangkan alat yang dipakai untuk mengukurnya disebut TDS meter.



Panen dan Pasca Panen

Waktu panen tergantung pada pertumbuhan setiap tanaman. Semakin subur tanaman, maka semakin cepat waktu panen. Sayuran yang ditanam dengan metode hidroponik umumnya lebih cepat panen dibandingkan dengan tanaman yang ditanam di media tanah secara konvensional. Untuk tanaman selada panen biasanya dilakukan 30-45 Hari Setelah Semai (HSS). Cara panen sayuran pada sistem hidroponik biasanya dengan mencabut tanaman yang sudah siap panen dari wadah atau netpot. Setelah itu, wadah atau netpot dapat diisi kembali dengan sayuran yang baru.

 

OLEH : DATULANGI, S.ST

 

Senin, 06 September 2021

CARA PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN JAGUNG

 

Kendala budidaya jagung selain faktor kesuburan tanah, yang tidak kalah pentingnya adanya serangan hama dan penyakit. Untuk mengatasi serangan hama perlu dicari alternatif pengendalian yang bersifat ramah lingkungan  Kehilangan hasil jagung oleh hama adalah 20-80%. Tanaman jagung yang terserang hama ini menjadi patah sehingga dapat menurunkan produksi bahkan kalau serangan tinggi menyebabkan kegagalan saat panen. Hama ini merusak daun, bunga jantan dan kemudian menggerek batang jagung.

Beberapa cara pengendaliannya adalah sebagai berikut :

Secara Kultur Teknis

Pengendalian hama dengan cara kultur teknis dapat dilakukan dengan pemilihan pola tanam yaitu melakukan tumpang sari antara tanaman jagung dengan kedelai atau kacang tanah. Menurut penelitian, melakukan tumpangsari antara jagung dengan kedelai atau kacang tanah dapat menekan kerusakan yang disebabkan oleh hama ini.

Selain melakukan tumpang sari, pemotongan bunga jantan juga dapat meminimalisir kerusakan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Screner dan Naf us, pemotongan bunga jantan dilakukan karena sekitar 40-70% larva berada di bunga jantan sehingga dapat menekan kerusakan yang ditimbulkan.

Agen Hayati

Pengendalian dengan agen hayati yaitu dengan penggunaan suatu makhluk hidup, baik itu predator maupun parasit. Ada beberapa parasit dalam jenis bakteri maupun jamur yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama antara lain Trichogramma, micraspis sp, dan Celonus. Parasit tersebut dapat merusak telur dari penggerek batang jagung sehingga dapat mencegah perkembangbiakannya hama ini

Selain itu, pengendalian dengan menggunakan predator seperti laba laba dari famili Argiopidae, Oxyopidae, Theriidae dan juga sejenis semut Solenopsis germinata dapat memangsa larva hama penggerek batang jagung. Hal itu dapat memutus siklus hidup hama penggerek batang jagung dan mencegah bertambahnya jumlah hama tersebut.

Pengendalian dengan agen hayati ini perlu diusahakan dengan optimal. Pengendalian ini dinilai lebih efektif dan juga mempunyai beberapa kelebihan yaitu ramah lingkungan, tidak perlu mengeluarkan biaya yang cukup besar, dan juga menciptakan ekosistem yang seimbang.

Pestisida

Untuk pengendalian dengan menggunakan pestisida, kita dapat menggunakan insektisida Furadan 3G yang diberikan pada pucuk sebelum berbunga atau 40 hari setelah tanam, diikuti dengan decis 2,5 EC setelah berbunga. Insektisida dengan bahan aktif monokrotofos, triazofos, dikhlorfos, dan karbofuran dianjurkan jika ditemukan 1 kelompok telur pada tanaman jagung.

Jika jagung yang ditanam menerapkan sistem organik, kita dapat melakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida nabati. Pestisida nabati yang digunakan adalah Dipel (Bacillus thuringiensis) yang dikombinasikan pada saat pemotongan bunga jantan yang dinilai efektif untuk mengendalikan hama ini.

Pengendalian dengan pengaturan waktu tanam

Penggerek batang jagung merupakan hama utama jagung, akibat dari serangan hama ini tanaman jagung menjadi patah sehingga dapat menurunkan produksil bahkan kalau serangan tinggi menyebabkan kegagalan panen. Salah satu cara pengendalian yang aman, mudah dan murah yaitu dengan teknik pengaturan waktu tanam. Dimana jagung yang ditanam pada awal mulai musim hujan (1-4 minggu) dapat terhindar dari serangan penggerek batang.  Hal ini diduga bahwa pada minggu kelima dan seterusnya dimana pada saat ini keadaan curuh hujan tinggi, sangat mendukung perkembangan dari hama-hama jagung. Menurut Kalshoven (1981), tingginya curah hujan akan meningkatkan kelembaban udara dan kondisi semacam ini sangat sesuai atau mendukung terjadinya perkembangan hama. Menurut Asikin dan Thamrin (1995), tanam pada awal musim hujan (Oktober-Nopember) yaitu 1-4 minggu setelah mulai musim hujan dapat menekan intensitas serangan penggerek batang jagung di lahan kering beriklim basah


OLEH : ZUBAIR, S.ST

Minggu, 05 September 2021

PANEN DAN PASCA PANEN CENGKEH

 

Tanaman cengkeh untuk dapat  tumbuh dan berproduksi memerlukan persyaratan lingkungan tumbuh yang spesifik. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tanaman cengkeh antara lain adalah iklim, tinggi tempat dan jenis tanah.

Panen adalah suatu proses akhir dan tindakan manusia dalam hal budidaya tanaman dimana pertumbuhan tanaman biasanya akan terjadi perubahan secara fisiologis maupun morfologi dari tanaman tersebut (Setyono, 2001). Panen adalah pekerjaan budidaya tanaman (bercocok tanam) dengan mengumpulkan komoditas dari lahan penanaman, pada taraf kematangan yang tepat dengan kerusakan minimal, dilakukan secepat mungkin dan dengan biaya rendah (Anonim, 2012).

Perbedaan tingkat pemasakan bunga, waktu panen, tepatnya waktu pemetikan dan teknik pengolahan hasil akan menyebabkan kualitas hasil yang berbeda pula. Sedang di daerah penghasil cengkeh yang musim kemaraunya bersamaan, tetapi berlainan lokasinya, maka musim panennya juga berbeda. Juga pengaruh pola hujan, temperatur dan tinggi tempat pertanaman akan membawa pengaruh yang berbeda pula. Oleh karena itu, pemetikan harus dilakukan pada tingkat kemasakan yang tepat yakni pada waktu bunga berwarna pucat yang sebelumnya itu berwarna hijau, kemudian menguning akhirnya keunguan muda dan merah tua. Saat yang paling bagus adalah pada saat kepala buah yang terdiri dari mahkota bunga masih tertutup dan bundar bentuknya, berisi dan mengkilat. Apabila bunga itu warnanya menjadi merah muda berarti sebentar lagi akan membuka.

Pengelolaan panen bunga cengkih bertujuan untuk menjaga kualitas panen yang dihasilkan. Hasil panen yang tidak dikelola dengan baik akan menurunkan kuantitas dan kulitas panen. Pengelolaan yang dilakukan diantaranya agar tidak terjadi kehilangan massa bunga, seperti bunga yang rusak ataupun rontok pada saat pemetikan ataupun pengangkutan. Hasil panen terbaik diperoleh jika bunga berada pada masa petiknya, oleh karena itu diperlukan pengelolaan panen untuk menentukan waktu petik yang tepat.

            Pasca panen Penanganan pasca panen adalah tahapan yang dimulai sejak pemungutan hasil pertanian yang meliputi hasil tanaman pangan, hortikultura, perkebunan sampai siap dipasarkan (Soemardi, 1986). Penanganan pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan/perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan konsumen (Purwadaria, 1994). Harvest handing/past harvest commony reffered to as primary treatment (primary processing).

Penanganan pasca panen sering disebut juga sebagai pengolahan primer istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi. Berbagai tindakan/perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada ditangan konsumen (Purwadaria, 1994)

Sebelum dikeringkan, bunga cengkeh dipisahkan dari tangkai atau gagang dan dikeringkan secara terpisah.Pada tahap ini dilakukan pemisahan antara bunga cengkeh yang baik, bunga yang terlalu tua dan yang terjatuh, setelah itu bunga cengkeh dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan dengan menjemurnya di bawah sinar matahari langsung atau menggunakan pengering buatan.

Bunga cengkeh yang akan dijemur dihamparkan pada alas tikar,anyaman bamboo gribig, atau plastik, atau pada lantai jemur yang diberi alas plastic.Selama proses pengeringan, cengkeh dibolak balik agar keringnya merata.proses pengeringan dianggap selesai apabila warna bunga cengkeh telah berubah menjadi coklat kemerahan,mengkilat, mudah dipatahkan dengan jari tangan dan kadar air telah mencapai sekitar 10 – 12 %.

Lamanya waktu penjemuran dibawah sinar mataharisekitar 3 – 4 hari.Cengkeh yang telah kering kalau disimpan tidak akan susut beratnya dan tahan lama asalkan tidak terkena air.

Kualitas cengkeh dapat dibedakan dan dinilai menurut:                    

a.   Kekeringannya

b. Persentase kotoran (tangkai bunga dan daun-daun)    

c. Persentase yang tidak berkepala (sudah banyak yang mekar)                

d.   Persentase yang muda

e.   Warnanya


OLEH : ZUBAIR, S.ST

PEMANFAATAN SARANA DIGITAL BPP BENTENG BONTOHARU SEBAGAI MEDIA PENYULUHAN

  Perkembangan teknologi di era digitalisasi 4.0 menuntut penyuluh pertanian untuk memiliki kemampuan Internet of Things (IOT), Teknologi 3D...